Mohon tunggu...
Syaifull Hisyam
Syaifull Hisyam Mohon Tunggu... wiraswasta -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mendung Tak Selamanya

23 Oktober 2017   01:51 Diperbarui: 23 Oktober 2017   03:18 3612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Tanpa sepengetahuannya, Qohar main ke rumah Faiz, kedua orang tua serta adiknya pergi kondangan ke rumah saudara di luar desa, menghadiri acara perkawinan kang Badrun yang terbilang masih kerabat dekatnya, sebuah kebetulan. Sementara Faiz tidak di ajaknya supaya jaga rumah. Jarak rumah Faiz dengan rumah Qohar tidaklah jauh, hanya dibatasi tiga bangunan rumah dan beberapa petak kebun pekarangan. Kepada Faiz, Qohar menuturkan jika dirinya telah mendapat ijin dari neneknya, dengan tujuan supaya di ijinkan untuk tinggal dan menginap semalam. Bak di sodori  ang, Faiz tak bisa menolak karena dirinya memang kesepian dan kebetulan tanpa dikomando, teman itu hadir dengan menawarkan diri.

Sore itu Qohar melakukan aksi nekat, ia tidak memberitahukan perihal keberadaannya. Ia pikir neneknya sudah tidak mencarinya lagi, karena baru saja dimarahinya. Sebenarnya di dalam hatinya berkecamuk antara berterus terang mengenai keberadaannya atau tidak sama sekali. Ia seperti kesulitan membohongi diri sendiri, hati kecilnya yang masih bening sebening embun di pagi hari itu terus bergejolak, mendesak agar berterus terang dan jujur perihal dimana keberadaannya sekarang. Supaya tidak membuat neneknya gusar dan gundah diliputi tanda tanya. Tapi benih-benih nafsu agaknya terus membiak, menyatu dan menguasai akal beserta hati nuraninya. Rasa khawatir lambat laun kian tergerus dengan sendirinya karena terobati dengan kehangatan bercengkrama, guyonan diantara keduanya.

Kekhawatiran rupanya tak hanya berpihak pada Qohar semata, begitu pula pada diri Aminah. Tidak biasanya di waktu menjelang maghrib Qohar masih di luar rumah. Biasanya di waktu-waktu seperti itu Qohar sudah mandi dan terlihat rapi. Menunggu saat-saat adzan maghrib. Menjalankan sholat lalu pergi mengaji ke Musholla, tapi sore itu tidak.

Setiap kali selesai waktu isya'Aminah terkadang menunggui dan menjemputnya pulang. Walau Aminah telah ringkih tapi tidak  menyurutkan semangatnya untuk tetap setia menjemputnya dari acara mengaji. Hanya Qohar satu-satunya pengganti suami dan anak-anaknya untuk tempat berbagi dan bercengkerama.

Menjelang petang Aminah duduk di teras depan dengan tatapan mata kosong, hatinya bergejolak dan bertanya-tanya lalu mencoba mengingat perkataannya tempo hari. Mungkinkah perkataannya sanggup membuat hati Qohar yang masih bening sebening embun di pagi hari itu terluka?

Kembali Aminah merenungi nasib dan perjalanan hidup cucu satu-satunya itu. Sejak kecil tumbuh dan berkembang tanpa asuhan kedua orang tuanya, hanya dirinya satu-satunya orang yang selama ini menjadi tumpuan hidup dengan berbagai keluh kesahnya. Walau bagaimanapun belaian kasih sayang darinya akan tetap dibutuhkan.

Adzan maghrib telah berkumandang dengan merdunya, kekhawatiran Aminah akan keberadaan Qohar semakin merapat di benaknya. Perasaan takut menghinggapi pikirannya, menunggu dan terus menunggu hingga gerah lalu kemudian mencoba berikhtiar menanyai para tetangga satu persatu tetapi hasilnya nihil, dari keterangan para tetangga tidak juga ia dapati jawaban pasti mengenai keberadaan dan keadaannya.

"Nyari siapa Mbok ?" tanya karti, tetangga sebelah yang hendak pergi ke Musholla untuk menunaikan  ibadah  sholat  maghrib.

"Nyari cucuku, gini hari kok belum juga pulang. Apa kamu melihat cucuku?"

"Aku tidak melihatnya Mbok. Aku baru saja pulang dari rumah mertua" jawab Karti.

"Kalau lihat Qohar tolong suruh pulang ya?" pinta Aminah memelas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun