Mohon tunggu...
Syaifull Hisyam
Syaifull Hisyam Mohon Tunggu... wiraswasta -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mendung Tak Selamanya

23 Oktober 2017   01:51 Diperbarui: 23 Oktober 2017   03:18 3612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Aku sih bukan orang kota, tapi walaupun bukan orang kota tapi kan kotangan" Ambar membela diri.

"Kotangan kok dibilangin ke orang-orang, dassar ndeso." ejek Bu Lela pada Ambar, tidak mau kalah.

"Lha kamu malah katro Pakai kemeja kok kebalik." kata Ambar berkelit, sambil menunjuk ke arah kemeja yang dikenakan Bu lela.

"Yo wis ben, memang sudah modelnya kok. Model terbaru." balasnya dengan pamer.

"Pancen nyaman ya naik mobil alus, adem lagi". kata Aminah kepada Bu Lela memecah kebekuan.

"Memang nyaman." sahut Bu Lela.


"Bukan nyaman tapi nyuaman!" ujar Ambar dengan mantap.

Tanpa terasa mereka telah tiba di rumah Pak Carik. Mobilnya hanya boleh diparkir di pintu gerbang,oleh tukang kebun tidak di ijinkan kendaraan roda empat masuk ke dalam, karena masih dalam tahap pengerjaan paving block. Di dalam gerbang itu ada empat orang pekerja yang tengah mengerjakan pemasangan paving, dua orang tukang dan dua orang kenek. Halaman rumahnya yang begitu luas dipenuhi dengan kandang dan kerangkeng berjeruji besi, berisi burung-burung langka dan binatang-binatang aneh. Sekawanan kera yang menghuni kerangkeng besi tampak kepanasan. Burung-burungpun demikian, terlihat mondar-mandir seperti tengah kelaparan. Sekumpulan tupai bersama kancil dijadikan satu kandang berukuran dua kali dua meter. Tupai-tupai dan kancil itu tampak sayu berkerumun dibawah tumpukan rumput kering dan kulit pisang, beberapa anakannya tampak mondar-mandir seperti ingin berontak. Mungkin Pak Carik tidak menyadari jika hakikat kedua jenis binatang itu dari spesies yang berbeda.

Beberapa ekor penyu dan biawak tampak bolak-balik nyemplung ke dasar air yang dangkal. Tak ada langit-langit sejengkalpun yang menaunginya. Di halaman yang sangat luas itu hanya ada dua pohon cemara berukuran sedang. Dua tanaman itu meranggas karena kekurangan nutrisi atau mungkin unsur haranya telah berkurang.

"Silahkan masuk!" sapa seorang wanita tua yang juga hendak masuk kerumah sambil menenteng sekeranjang barang belanja.

Begitu memasuki rumah Pak Carik mereka tertahan di teras depan, menunggu tuan rumah mempersilahkan masuk terlebih dahulu. Tak lama kemudian muncul dari balik pintu seorang perempuan muda yang tengah mengandung. Seperti yang diketahui dari kabar yang beredar di masyarakat, Pak Carik telah menghamili seorang janda muda beranak satu, sementara Pak Carik sendiri telah berkeluarga dan telah dikaruniai tiga orang anak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun