Mohon tunggu...
Syaifull Hisyam
Syaifull Hisyam Mohon Tunggu... wiraswasta -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mendung Tak Selamanya

23 Oktober 2017   01:51 Diperbarui: 23 Oktober 2017   03:18 3612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Berhasrat meniti jalan

walau bergelombang

Diparuh sisa usia.

Usai melaksanakan shalat shubuh, Aminah menuju dapur untuk menanak nasi. Diambilnya air satu ember dari sumur di belakang rumah. Embun pagi bercampur kabut masih membuyarkan pandangannya. Samar-samar dari jauh, nampak seekor anjing berlari dari arah semak-semak di belakang rumahnya. Segera diperiksanya kandang yang terletak di teras belakang. Tidak ada bekas kegaduhan atau bekas sayap-sayap yang mungkin patah di dalam kandang. Syukurlah, sepertinya tidak ada sesuatu yang mengkhawatirkan.

 Sambil menunggu nasi matang, ia membersihkan kamar tidur cucunya setelah meracik bumbu-bumbu masakan. Aminah terkejut begitu melihat senapan angin tergeletak di pinggiran bale-bale bilik, di samping cucunya yang masih terlelap. Rupanya tanpa sepengetahuannya, Qohar mengambil senapan angin dari balik lemari pakaiannya.

Senapan angin itu mengingatkan peristiwa masa lalu, puluhan tahun silam. Kenangan pahit masa-masa sulit, yang musti dilakoni dalam keprihatinan. Pada masa sebelum kemerdekaan diproklamirkan, era kependudukan tentara Jepang.  Awal kedatangannya ke Indonesia ketika itu menunjukkan misi persaudaraan. Beberapa bulan kemudian kerakusan dan keserakahannya semakin nyata terlihat ke permukaan.


Sekitar tahun 1942 Aminah dan suaminya menjalani hidup dengan serba kekurangan. Pada masa itu umbi-umbian menjadi sesuatu hal yang biasa dimakan sehari-hari sebagai makanan pokok. Untuk mendapatkan umbi-umbian tidaklah mudah, harus berjalan menaiki bukit sejauh enam hingga tujuh kilometer. Umbi-umbian itu sengaja ditanam di lereng-lereng pegunungan Muria, sebagian lagi tumbuh liar tanpa perawatan. Jika umbi-umbian itu ditanam di tanah lapang dekat perkampungan, sudah barang tentu akan menjadi keroyokan. 

Tidak jarang mereka sengaja memakannya di tempat dalam keadaan mentah. Alangkah rakusnya orang-orang pada masa itu, tetapi nasib mereka lebih beruntung daripada kabar yang didapatkan di radio-radio ketika itu. Jutaan orang meninggal dunia oleh sebab kelaparan yang melanda sebagian besar kawasan Asia selatan dan sebagian di Afrika. Semua itu adalah imbas yang terjadi selama perang dunia kedua masih berlangsung.

 Singkong rebus semasa itu sangatlah istimewa. Jarang orang kampung yang kuat membelinya, hanya terbatas di sebagian kalangan. Jika ingin menikmati lezatnya singkong rebus kala itu, tak cukup hanya dengan uang maupun tenaga, tetapi harus melewati serangkaian jalanan yang berliku pula, menuju lereng-lereng gunung. Berkilo-kilometer jauhnya jalan yang mesti ditempuh dan berkelok-kelok, dengan lebar kurang dari satu meter. Ketika itu hanya di lereng-lereng gunung tanaman singkong dibudidayakan.

Di saat serba sulit itulah Aminah menemukan Oshi koizumi, seorang Tentara Jepang yang selalu tersenyum tanpa harus diminta. Senyumnya yang khas itu selalu tersungging apabila bertemu dengannya. Satu hal yang unik dari tentara Jepang itu adalah kebiasaannya yang selalu salah tingkah. Oshi ketika itu  terjebak di atas ranjau jebakan yang dipakai untuk menjebak babi-babi hutan perusak tanaman. 

Dengan tanggap tanpa memperdulikan siapa dan asal usulnya, Aminah datang sebagai malaikat penyelamat. Di dalam sebuah gua yang tak begitu dalam, seorang yang diketahui sebagai tentara jepang itu dirawat dengan ala kadarnya hingga sembuh. Untuk mengobati luka-luka di dadanya oleh tusukan-tusukan kawat, Aminah memakai ramuan kuno berupa perasan daun binahong serta air liur siput.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun