Mohon tunggu...
Syaifull Hisyam
Syaifull Hisyam Mohon Tunggu... wiraswasta -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mendung Tak Selamanya

23 Oktober 2017   01:51 Diperbarui: 23 Oktober 2017   03:18 3612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Saya juga tidak tahu dan tidak habis pikir, kenapa Simbah bisa dihukum di Kantor Balai Desa, bagaimana semua itu bisa terjadi? Anda bisa berbagi kepada kami perihal peristiwa itu?"

"Tidak, saya tidak dihukum, saya hanya ditahan dan dikurung di sebuah gudang." belanya dengan membenarkan informasi penahanannya.

Aminah lalu bertutur tentang peristiwa itu hingga tuntas. Pak Amin lalu meminta ijin agar Aminah bersama Qohar bersedia dipotret.

"Kok diphoto segala, untuk apa? Wong saya sudah tua kok," tukas Aminah, sedikit rikuh.

"Mbah, Pak Amin ini, selain bekerja sebagai konsultan juga bekerja sebagai wartawan dan photografer," ujar pak puji menerangkan.

" Nenek tahu itu?" tanyanya kemudian.

"Yaah aku hanya orang kampung, tidak tahu apa-apa," jawabnya dengan bersahaja.

Hanya berselang lima hari kemudian, kisah pilu Aminah di Kantor Balai Desa Rakusan beserta dua fotonya bersama Qohar terpampang di salah satu harian terbitan Ibu kota. Belum ada yang tahu perihal kemunculannya di harian Ibu Kota itu, dua hari kemudian masyarakat baru mengetahuinya.

Setelah mengetahui hal itu, Pihak Pemerintah Desa Rakusan menjadi semakin geram. Dengan cepatnya bola liar berita itu menggelinding ke segenap sudut-sudut perkampungan. Pak Lurah sendiri, begitu mengetahui berita tentangnya beserta jajarannya ditulis di sebuah media massa, darah Pak Lurah menjadi mendidih kembali. Kewibawaannya kali ini benar-benar tercoreng, ditampar sekeras-kerasnya oleh perempuan Renta yang tidak mempunyai daya dan upaya. Aminah, semenjak berita mengenai profil dirinya diturunkan, malah tidak tahu dan meragukannya. Tetapi ia harus mengalah kepada nasib, pemerintah Desa Rakusan menduga semua ini adalah sebuah rekayasa terencana, suatu kesalahan yang tidak bisa dimaafkan. Sebuah berita fiktif yang dinilai telah mencemarkan nama baik Desa Rakusan. Atas pemberitaan yang dinilai penuh kebohongan itulah, Aminah kembali digelandang ke Kantor Balai Desa Rakusan.

Belum sepenuhnya pulih dari rasa was-was yang menderanya, Aminah  harus menghadapi kembali kenyataan pahit, berhadapan dengan manusia-manusia yang bertindak dan bersikap seperti anjing yang kelaparan. Ia kembali dihujani pertanyaan-pertanyaan konyol yang tidak pantas untuk dipertanyakan. Kali kedua Aminah ditahan, justru malah semakin menyakitkan. Perempuan tua itu seperti bola yang harus ditendang kesana kemari. Dihina dan dicacimaki tanpa memandang strata sosial. Penghinaan yang tidak pantas dialamatkan padanya itu, telah ditelannya bulat-bulat meskipun terasa berat. Ia terima kesumat-kesumat itu walaupun terasa sakit menusuk kalbu. Harga dirinya sebagai orang tua yang seharusnya dihormati dan dimuliakan malah justru direndahkan, diinjak-injak di depan semua orang. Aminah kali ini bagai budak yang harus diperlakukan sesuka hati. Dipaksa menjawab pertanyaan-pertanyaan konyol seperti kerbau yang dicongok hidungnya. Qohar sempat merengek ingin menemaninya di Kantor Balai Desa, tetapi Aminah tidak mengijinkannya. Ia tidak ingin melihat cucunya dilecehkan sedemikian rupa, hingga membekas dalam pikirannya dan meninggalkan trauma yang berkepanjangan. Dengan berat hati Qohar menurutinya, menjaga rumah dan menjenguk neneknya setiap sore.

 Kali ini Aminah lebih siap menghadapi semuanya, sehingga tidak terlalu mengguncang jiwanya. Penahanannya kali ini tanpa ada kepastian, kapan akan dibebaskan. Pihak pemerintah Desa Rakusan menyatakan, masalahnya kali ini masih dalam tahap pengkajian. Untuk mengkaji ulang terlebih dahulu, pihak Pemerintah Desa Rakusan sengaja mengulur-ulur waktu sebagai bentuk pembalasan. Sementara Qohar, diusianya yang belum genap tujuh tahun, harus mulai membiasakan diri pulang-pergi dari rumahnya ke Kantor Balai Desa Rakusan. Mengantarkan makanan, pakaian dan keperluan lainnya. Sebuah perjalanan yang melelahkan untuk ukuran anak kecil seusianya..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun