Mohon tunggu...
Syaifull Hisyam
Syaifull Hisyam Mohon Tunggu... wiraswasta -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mendung Tak Selamanya

23 Oktober 2017   01:51 Diperbarui: 23 Oktober 2017   03:18 3612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Kenapa dengan tanganmu?"

"Kena percikan api Mak!"

"Kenapa tidak hati-hati, siapa nanti yang merawatku jika kamu juga ikut sakit?" keluhnya menghawatirkan keadaannya.

"Tidak apa-apa Mak, nanti juga sembuh.?"

Diluar sana, pembicaraan miring mengenai persekongkolan Aminah dengan orang-orang Chunghoa cepat tersebar. Orang-orang kampung yang masih lugu dan menganggap tabu kehadiran orang-orang asing itu, dengan mudahnya terpancing oleh hasutan pihak-pihak yang tidak menyetujuinya. Satu bentuk kesalahpahaman yang kian menyebar dan mengakar di masyarakat. Bumbu-bumbu dusta merasuk ke dalam sendi-sendi percakapan para Ibu-Ibu. Dari pembicaraan yang beredar, Aminah menjadi berani kepada pemerintah Desa Rakusan, semenjak bersekongkol dengan orang-orang Chunghoa.

Belum genap tiga hari peristiwa balai Desa itu, kini kabar mengenai dirinya telah tersebar luas. Dari mulut ke mulut pembicaraan itu kian merambat. Aminah menjadi berani karena ada yang mendalangi. Aminah membantu pengusaha Chunghoa di dalam upaya menguras sumberdaya alam, dengan menguasai tanah ulayat warga. Jika semua itu terjadi maka akan mengganggu kearifan lokal yang telah lama mengakar dalam kehidupan sehari-hari. Apabila kearifan lokal kian tercerabut dari akarnya, maka bukan tidak mungkin akan hilang mata pencaharian masyarakat.


Satu gambaran kekhawatiran warga yang semakin menjadi-jadi. Kabar tentangnya menjadi bahan pembicaraan para Ibu-Ibu di kebun dan juga di sawah, yang tengah memulai musim tanam. Kabar yang tak jelas itupun sampai ke telinga Kyai Haji Idris, pemimpin pondok pesantren Attaubah sekaligus pembina dan pengasuh sebuah Majlis Ta'lim. Seorang Kiai yang dikenal ahli dalam ilmu Fiqih dan Hadits.

Di Majlis Ta'lim Attaubah asuhan Kyai Haji Idris itu, Aminah mengaji dan menuntut ilmu selama ini. Begitu kuat pengaruh Kyai Haji Idris di masyarakat, melebihi peran pemerintah. Setiap kali ada permasalahan yang mencuat, hanya kepadanya masyarakat mengadukannya. Menurut Kyai Haji Idris, Amar Ma'ruf dan Nahi Munkar adalah suatu keniscayaan, harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.

Setelah mengetahui adanya desas-desus penguasaan lahan oleh orang asing, dari pembicaraan warga yang didasari oleh kesalah pahaman. Maka tanpa menunggu waktu lama, Kyai Haji Idris lalu mengerahkan sebagian santrinya ke Kantor Balai Desa Rakusan. Mereka dikerahkan untuk menuntut lahan yang telah dibeli oleh pengusaha chunghoa, supaya secepatnya dibatalkan dan diblokir, sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Sementara diwaktu yang sama, Kyai Haji Idris juga mengutus dua orang santrinya untuk menemui Aminah. Dalam pertemuan itu, mereka menyampaikan pesan dari Kyai Haji Idris yang berisi himbauan keras. Aminah tidak diperkenankan lagi mengikuti pengajian di Majlis Taklim yang diasuhnya. Aminah telah dianggap mencemarkan nama baik majlis taklim. Di Majlis taklim yang diasuhnya sebulan sekali itu, tidak menerima jama'ah yang mempunyai cacat moral macam Aminah.

Tanah kapling yang telah dibeli beberapa hari yang lalu itu didatangi ratusan santri. Mereka membawa batu, kayu, minyak tanah dan peralatan lain untuk memblokir tanah kapling yang dianggapnya terlaknat itu. Dengan dibantu para pemuda kampung setempat, mereka semakin leluasa mengobrak-abrik tanah kapling beserta gubuk-gubuknya. Gubuk kecil yang menjadi tempat persinggahan barang sebentar oleh Pak Yusuf dan Pak Amin juga tidak luput dari amukan para santri dan pemuda-pemuda kampung. Gubuk kecil berukuran dua kali dua meter itu ikut terbakar hangus hingga rata dengan tanah. Dengan dibakar semangat jihad, mereka teriakkan takbir sekeras-kerasnya, sekencang-kencangnya. Saling menyambung dan mengisi satu sama lain.

Allahu Akbar Allahu Akbar ! Allahu Akbar Allahu Akbar !

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun