Air laut menggulung setinggi gunung
Bumi merekah lalu terpecah
Gunung-gunung beterbangan bagai kapas
Aku menjerit
Ku sembut asmanya
Dalam sebuah mimpi.
Hari-hari berlalu tanpa terasa, seiring berdzikirnya bumi sepanjang waktu. Musim berganti dan zaman selalu berbenah menuju peradaban yang madani. Sebagian insan berlomba-lomba membangun jati dirinya yang seolah-olah hidup untuk selamanya. Musim kemarau telah bergeser dan berganti menjadi musim hujan. Semua mahluk hidup gegap gempita menyambutnya, kerbau, kambing, burung-burung, katak, ikan hingga belut dan cacing tanah. Hamparan luas perkebunan Tebu mulai memamerkan dedaunan yang kian menghijau, pertanda tanah mulai gembur. Luasan rumputan perdu membentang sejauh mata memandang mulai bersemi.
Menyambut datangnya musim hujan, sekumpulan Katak di segenap penjuru merayakan hari kemenangannya, hujan kali pertama. Sekumpulan katak itu tak henti-hentinya bersyukur sembari berdzikir kehadirat Ilahi dengan suaranya yang nyaring. Sedari sore hingga menjelang malam suara-suara itu seolah sambung menyambung tiada jemu. Burung-burung mengeluarkan suaranya yang khas, seperti alunan melodi silih berganti mewarnai kesunyian. Belalang-belalang kecilpun ikut bersambut dengan caranya sendiri. Terbang kesana kemari, lengah dengan musuhnya yang senantiasa sewaktu-waktu datang menerkamnya.Â
Di saat-saat seperti itulah suatu kesempatan bagi kadal untuk segera memangsanya. Tanpa bersiap siaga, tiba-tiba belalang seakan menawarkan diri untuk dijadikan mangsa. Belalang-belalang kecil itu beterbangan persis di depan kadal. Telah menjadi semacam takdir dari yang kuasa, jika petualangan hidup belalang akan berakhir tragis dimangsa kadal. Demikian pula dengan nasib kadal yang harus menyerah pada takdir, ketika berhadapan dengan musang. Burung-burung, Jangkrik, Siput serta sekumpulan ikan dan binatang lainnya tumpah ruah ikut merayakan datangnya musim hujan. Pucuk-pucuk dahan dan ranting pepohonan mulai basah memperlihatkan kesegarannya. Para penggarap sawah di segenap penjuru mulai menggarap kembali lahan sawah yang sebelumnya mangkrak tak terurus karena kekeringan. Benih-benih padi mulai ditebar di bedeng-bedeng yang sebelumnya telah ditata sedemikian rupa.
Pagi itu masih terlihat gelap, suara kokok ayam mulai terdengar bersahut-sahutan, seakan-akan menyuruh si empunya untuk segera membukakan pintu dapur, tempat kandang ayam berada. Usai sholat shubuh Aminah memeriksa dan mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk memperingati hari kelahiran Qohar. Diambilnya beberapa bekas keringat di lehernya meski ia masih tertidur lelap. Sebagai sebuah pra syarat untuk memperingati hari lahirnya. Orang-orang terdahulu mengartikan ritual tersebut sebagai bentuk penyadaran, jika sesuap nasi itu harus didapat melalui jerih payah memeras keringat dan banting tulang demi kesejahteraan hidupnya.
Sejumput daki ditaburkannya ke dalam tungku bakal tempat pembuatan bubur. Tanpa terasa, dari kedua bola matanya yang cekung merembes bulir-bulir air mata. Terkenang saat-saat indah bersama kedua anaknya. Kini mereka tiada disisinya. Walau mereka tiada disisi, namun baginya, mereka ada untuk selama-lamanya. Ingin rasanya Aminah menyusul putrinya ke negeri sakura, tetapi ia tidak tahu dimana keberadaannya dan kepada siapa harus bertanya.
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168