Mohon tunggu...
Syaifull Hisyam
Syaifull Hisyam Mohon Tunggu... wiraswasta -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mendung Tak Selamanya

23 Oktober 2017   01:51 Diperbarui: 23 Oktober 2017   03:18 3612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Tanpa sepatah kata, Qohar berjalan menuju kamarnya memperhatikan kura-kuranya yang terlihat lesu. Seakan-akan memahami apa yang telah terjadi pada dirinya. Sambil terus mengomelinya Aminah mengikutinya dari belakang lalu memerintah Qohar seolah-olah sebagai ganjaran baginya.

"Dari tadi sore Maknyak tidak ngeliwet2 gara-gara memikirkanmu. Sekarang  kamu kupas rebungnya juga sekalian kangkungnya dipotong-potong! Maknyak mau belanja dulu ke warung membeli keperluan dapur.

Sambil berbelanja Aminah mampir kerumah tetangga. Sekedar memberitahukan perihal cucunya yang baru saja pulang. Pagi itu hatinya lega karena orang yang telah dicarinya telah kembali.

Pak Amin bersama A kwan Asisten pribadi Pak Yusuf Chen Lau serta Pak Puji sopir pribadinya datang memenuhi janjinya, menyambangi rumah Aminah untuk melunasi pembayaran tanah kavling dan mengurus kepemilikannya serta surat-surat perijinan lainnya ke Kelurahan. Pagi itu di rumah Aminah telah berkumpul dua orang, Bu Marni dan Ambar putri sulung Pak sarwo. Pak sarwo berhalangan hadir karena pergi mengantar Bu Kasanah, istrinya ke puskesmas. Kebetulan pagi itu Bu Lela sedang main di rumah Aminah sehingga menambah kehangatan suasana. Seperti biasa apabila si biang gosip itu sedang tidak ada kerjaan, kerapkali yang dilakukan adalah pergi kerumah tetangga lalu membicarakan keborokan orang yang sedang menjadi buah bibir. Mengurai benang kusut mulai dari A sampai Z. Wajar mengingat orang-orang kampung hanya mengenal dua musim, musim tanam dan musim panen. Diperlukan waktu beberapa bulan untuk mengulang siklus musiman itu.

Pak Amin yang berperawakan sedang, berambut ikal membawa beberapa berkas. Gerak-geriknya mantap penuh percaya diri. Disampingnya A Kwan yang tambun berkepala botak dan berkaca mata hitam menenteng sebuah laptop, wajahnya menyiratkan keseriusan tingkat tinggi. Mungkin karena saking seriusnya yang totally itu ia seperti kehabisan otak untuk berfikir sehingga menjadi botak.  Dua orang itu masuk ke rumah Aminah.  Merekapun berembug.

Keuangan Yang Maha Kuasa


perijinan lainnya ke Kelurahan. Pagi itu di rumah Aminah telah berkumpul dua orang, Bu Marni dan Ambar putri sulung Pak sarwo. Pak sarwo berhalangan hadir karena pergi mengantar Bu Kasanah, istrinya ke puskesmas. Kebetulan pagi itu Bu Lela sedang main di rumah Aminah sehingga menambah kehangatan suasana. Seperti biasa apabila si biang gosip itu sedang tidak ada kerjaan, kerapkali yang dilakukan adalah pergi kerumah tetangga lalu membicarakan keborokan orang yang sedang menjadi buah bibir. Mengurai benang kusut mulai dari A sampai Z. Wajar mengingat orang-orang kampung hanya mengenal dua musim, musim tanam dan musim panen. Diperlukan waktu beberapa bulan untuk mengulang siklus musiman itu.

Pak Amin yang berperawakan sedang, berambut ikal membawa beberapa berkas. Gerak-geriknya mantap penuh percaya diri. Disampingnya A Kwan yang tambun berkepala botak dan berkaca mata hitam menenteng sebuah laptop, wajahnya menyiratkan keseriusan tingkat tinggi. Mungkin karena saking seriusnya yang totally itu ia seperti kehabisan otak untuk berfikir sehingga menjadi botak.  Dua orang itu masuk ke rumah Aminah.  Merekapun berembug.

Keuangan Yang Maha Kuasa

Cari-cari uang

Pikir-pikir uang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun