"Paman mau tahu bagaimana caranya?" tawarnya kemudian, sambil memperlihatkan botol berisi batu kerikil di depannya.
"Untuk apa? bukankah kelerengnya sudah kuberikan." jawabnya seakan tak peduli.
"Ya sudah, kalau tidak mau, biar paman penasaran terus," ancamnya dengan sedikit mengejek.
"Baiklah, paman kasih tahu caranya,"balasnya sedikit legawa.
"Sekarang?" tanyanya sedikit tersenyum
"Bukan, besok sore saja,"
"Kenapa besok sore, bukan sekarang," Qohar berusaha mengulur waktu untuk memancing kemarahannya.
"Sungguh menyebalkan, ya sudah sekarang dibuka, tunggu apa lagi!" balasnya ketus.
"Baiklah akan kubuka,"
Di depan pamannya, botol itu lalu dibuka tidak melalui mulutnya, tetapi cukup ditekan di bagian tengahnya. Dengan mudahnya batu kerikil itu keluar diiringi sorak tawa yang kian membahana, paman Mansyur menjadi tersipu malu dibuatnya.
Rupanya, dari jauh Mbok Karmini memperhatikan permainan batu kerikil dalam botol, tetapi tidak mengetahui asal mula batu kerikil itu diperdebatkan. Meski demikian, ia ikut hanyut dalam tawa yang membahana oleh bocah-bocah iseng itu, ia lalu mendekat.
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168