Mohon tunggu...
Syaifull Hisyam
Syaifull Hisyam Mohon Tunggu... wiraswasta -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mendung Tak Selamanya

23 Oktober 2017   01:51 Diperbarui: 23 Oktober 2017   03:18 3612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Pecel terong sama tempe."

"Kok tiap hari makan terong terus Mak!"

"Maunya sama ayam ?"

"Iya." Qohar mengangguk senang.

"Ya sudah, makan sama ayam saja di kebun! Sudah berapa kali Maknyak bilang, kita harus idup sederhana. Jangan terbiasa bermewah-mewah dan makan enak terus menerus. Biasakan apa adanya jangan ada apanya. Bagaimana kalau suatu saat sedang tidak punya. Apa kamu terus-terusan menuntut? " begitulah pesan Aminah pada Qohar berkali- kali.

Sebuah prinsip hidup sederhana dipegang teguh oleh Aminah atas nasehat kyai Haji Idris, kyai kampung. Kyai yang berkepribadian teguh dan bersahaja itu sangat menjunjung tinggi nama besarnya. Kepadanya, Aminah selama ini berkeluh kesah tentang liku-liku dan permasalahan hidupnya.

Dalam sebuah kesempatan Aminah bersilaturahmi ke rumah Kyai Haji Idris. Ia menanyakan perihal masalah wanita yang diasumsikan sebagian masyarakat, sebagai kaum lemah yang selalu dinomor duakan baik itu di Dunia maupun di Akhirat. Kiai Haji Idris kala itu hanya tersenyum dan tidak memberikan saran apapun kepada Aminah.

Kiai Haji Idris hanya bercerita pada masa zaman Rasulullah tentang seorang muslimah yang tidak malu bertanya dan kritis terhadap permasalahan perempuan dan juga tentang persoalan Agama yang belum dipahaminya. Ia mewakili kaum muslimah dalam bertanya langsung kepada Rasulullah. Ia adalah Asma binti yazid bin Sakan. Asma binti Yazid adalah seorang ahli pidato yang ulung, wanita pemberani yang halus perasaannya dan budi bahasanya.  Asma binti Yazid datang kepada Rasulullah Saw berkenaan dengan tawanan wanita.

"Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya adalah utusan bagi seluruh muslimah di belakangku, seluruhnya mengatakan sebagaimana yang Aku katakan dan seluruhnya berpendapat sesuai pendapatku. Sesungguhnya Allah Ta'ala telah mengutus engkau bagi seluruh kaum pria dan wanita, kemudian kami beriman kepadamu dan membai'atmu. Namun kami sebagai kaum wanita terkurung dan terbatas langkah kami, kami hanya tinggal di rumah, kami yang mengandung dan melahirkan anak-anak mereka, kami menjadi penyangga rumah tangga kaum pria dan kami adalah tempat melampiasan syahwat mereka. Akan tetapi kaum pria diberi kelebihan dan mendapat keutamaan melebihi kami dengan sholat jum'at, mengantar jenazah dan berjihad. Manakala mereka keluar untuk berjihad kamilah yang menjaga harta mereka, mendidik anak-anak mereka, Maka apakah kami juga mendapat pahala sebagaimana yang mereka dapat dari amalan mereka?"

Mendengar pertanyaan tersebut Rasulullah Saw menoleh kepada para sahabat dan bersabda kepada para sahabatnya, " Pernahkah kalian mendengar pertanyaan seorang wanita tentang agama yang lebih baik dari apa yang  dia tanyakan?" Para sahabat menjawab. " Benar. Kami belum pernah mendengarnya ya Rasulullah!" Kemudian Rasulullah bersabda : Kembalilah Wahai Asma dan beritahukanlah kepada para wanita yang berada di belakangmu bahwa perlakuan baik salah seorang dari mereka kepada suaminya dan meminta keridlhaan suaminya itu semua setimpal dengan seluruh amal yang kamu sebutkan. Pahalanya sebanding dengan pahala yang didapat kaum pria yang engkau sebutkan itu."

Beliau adalah seorang ahli hadits yang mulia, seorang mujahidah yang agung, memiliki kecerdasan dien1 yang bagus dan ahli argumen sehingga beliau dijuluki sebagai 'juru bicara wanita'. Diantara keistimewaan yang dimiliki oleh Asma` adalah kepekaan inderanya dan kejelian perasaannya serta kehalusan hatinya. Selebihnya dalam segala sifat sebagaimana yang dimiliki oleh wanita-wanita Islam yang lain yang telah lulus dari madrasah nubuwwah yakni tidak terlalu lunak (manja) dalam berbicara, tidak merasa hina, tidak mau dianiaya dan dihina, bahkan beliau adalah seorang wanita yang menjadi contoh yang baik dalam banyak medan peperangan. Begitulah penuturan KH Idris yang mengalir begitu saja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun