Mohon tunggu...
Syaifull Hisyam
Syaifull Hisyam Mohon Tunggu... wiraswasta -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mendung Tak Selamanya

23 Oktober 2017   01:51 Diperbarui: 23 Oktober 2017   03:18 3612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Belum tuntas surat itu dibaca, seorang perangkat Desa berbadan kurus dan berpakaian batik menanyakan perihal siapa yang mengadukan masalah ini ke kepolisian. Di dalam surat itu tanpa dicantumkan nama terang sebagai pihak pelapor, tetapi data-data dan alamat pelapor telah dikantongi di kepolisian. Tulisan yang tertera di amplop itu hanya tertulis  PT Wahana Nusantara, di bagian kiri atas amplop.

"Bagaimana bisa masalah ini ditindak lanjuti tanpa adanya pihak pelapor? Ini fitnah! Siapa yang berani mencari gara-gara seperti ini?" ujar seorang perangkat Desa yang mengenakan batik lurik.

"Yang jelas ada yang melapor, mustahil kami ditugaskan tanpa adanya laporan,"

"Bapak lihat sendiri, disini tidak ada apa-apa seperti yang dituduhkan. Silahkan dicek kebenarannya kalau tidak percaya!" ucap perangkat yang lain membela diri.

Seolah para perangkat Desa Rakusan telah mengetahui apa yang seharusnya dikerjakan. Tanpa harus membagi tugas masing-masing, salah seorang petugas memperlakukan Aminah dan Qohar dengan layak di depan para polisi. Para Polisi memang mendapati seorang nenek beserta seorang cucunya di dalam sebuah ruangan, tetapi tidak ditemui adanya tanda-tanda tindak kekerasan atau penyekapan. Fakta itu tidak berbanding lurus dengan apa yang dituduhkan pihak pelapor. Aminah dan Qohar tengah makan sebungkus nasi, di sampingnya terdapat buah jeruk dalam sebuah piring, di sebuah kamar yang lebih mirip gudang.

"Perempuan tua itu beserta cucunya kami temukan tengah luntang-lantung di depan Kantor Balai Desa, itulah yang membuat kami iba dan kami beri makan seadanya, lagian dia itu telah berulang kali memalukan pihak Balai Desa, dengan caranya yang mondar-mandir di depan Balai Desa tanpa ada perlunya, pantas saja kami tempatkan di gudang," bela seorang perangkat yang lain.

Dari cara dan sikap para perangkat Desa, sejumlah Polisi pun  memahami, jika para perangkat Desa Rakusan tengah membela diri. Terutama cara-cara musangnya itu terbaca dari keterangan yang terakhir. Tercium gelagat aneh nan ganjil yang seharusnya tidak diambangkan ke permukaan.

"Ya sudah, kalau begitu sediakan kami makan siang kalau tak ingin diperiksa lebih lanjut." kata seorang polisi kepada seorang perangkat yang berbadan tinggi dan berkumis, Pak Karso

Dengan cekatan, Pak Karso lalu bergegas menuju warung makan yang terletak disamping Kantor Balai Desa. Tanpa menunggu waktu lama hidangan makan siang telah tersaji di meja tamu. Selesai menyantap makan siang, salah seorang polisi mengecek kembali keadaan Aminah beserta cucunya.

Di dalam ruangan yang dipenuhi kursi-kursi yang telah pincang itu, Aminah dan Qohar terdiam. Di depannya tersaji buah jeruk tiga buah dan satu sisir pisang. Satu upaya pengelabuhan untuk bersembunyi dibalik topeng kemunafikan. Dengan nada halus, seorang polisi yang berambut keriting dan berbadan tinggi itu lantas menanyainya.

"Simbah kenal dengan PT Wahana Nusantara?" tanya polisi itu dengan membungkukkan badannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun