Mohon tunggu...
Syaifull Hisyam
Syaifull Hisyam Mohon Tunggu... wiraswasta -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mendung Tak Selamanya

23 Oktober 2017   01:51 Diperbarui: 23 Oktober 2017   03:18 3612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Adzan maghrib telah berkumandang dengan merdunya, kekhawatiran Aminah akan keberadaan Qohar semakin merapat di benaknya. Perasaan takut menghinggapi pikirannya, menunggu dan terus menunggu hingga gerah lalu kemudian mencoba berikhtiar menanyai para tetangga satu persatu tetapi hasilnya nihil, dari keterangan para tetangga tidak juga ia dapati jawaban pasti mengenai keberadaan dan keadaannya.

"Nyari siapa Mbok ?" tanya karti, tetangga sebelah yang hendak pergi ke Musholla untuk menunaikan  ibadah  sholat  maghrib.

"Nyari cucuku, gini hari kok belum juga pulang. Apa kamu melihat cucuku?"

"Aku tidak melihatnya Mbok. Aku baru saja pulang dari rumah mertua" jawab Karti.

"Kalau lihat Qohar tolong suruh pulang ya?" pinta Aminah memelas.

"Iya Mbok!"

"Kok maghrib-maghrib baru nyari Mbok? tidak tadi sore." sergah Mini yang juga hendak ke Musholla bersama Karti, seakan ia ingin menyalahkannya.

"Saya kira ya akan pulang seperti biasanya, tapi setelah ku tunggu sampai maghrib kok masih juga belum pulang, bikin pegal hatiku saja." katanya menggerutu sambil ngeloyor pergi meninggalkannya.

Aminah lalu pergi ke rumah Pak RT meminta pertolongan. Belum kelar ke rumah Pak RT hujan sudah mulai turun setelah sebelumnya langit mendung memayungi seluruh perkampungan. Aminah malam itu mengakhiri pencarian karena sepertinya hujan akan turun lebat dengan ditandai datangnya angin kencang dan suara gemuruh disertai petir yang terus menyambar.

Rasa khawatir dan cemas bercampur menjadi satu. Malam itu Aminah mengambil air wudlu lalu melaksanakan sholat-sholat sunnah, duduk bersimpuh memohon ampunan kepada Yang Kuasa. Dalam lamunan, terpikir olehnya jujugan saudaranya satu persatu. Ipar, sepupu, sampai kemenakan. Jika tidak ada aral melintang, besok pagi ia akan berkunjung ke rumah saudara-saudaranya, siapa tahu Qohar menginap di rumah salah satu saudaranya.

Aminah lalu ke dapur untuk makan malam. Tetapi malam itu sesuap nasipun tidak bisa ia telan, pikirannya terus teringat cucu satu-satunya. Tidak ada nafsu makan, tidak ada gairah hidup dan tidak ada cerita malam itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun