"Tidak, saya ingat piring." jawabnya serampangan.
"Kenapa tidak dimakan saja piringnya biar kenyang," timpalnya seperti menantang Qohar sambil menahan senyum.
"Iya, nanti," ucapnya enteng sambil cengar-cengir.
"Kalau makan harus dihabiskan!" Aminah memperingatkan lalu mengambil ember hendak mencuci pakaian.
Setelah mencuci, Aminah memanggil Qohar dengan nada tinggi.
"Qohar! sini kamu!"
Diambilnya sapu lidi lalu dipukulkan ke tubuhnya dengan keras. Sebagai bentuk hukuman demi kedisiplinan dan kemandirian, karena sehabis makan tidak mencuci piringnya.
"Kenapa piringnya tidak kamu cuci?"
"Lupa Mak!"
"Apa? Ucapkan sekali lagi!"
Aminah kali ini lebih tegas dari biasanya karena itu adalah sebuah bentuk rasa sayang yang tulus darinya. Seandainya rasa sayang yang tulus itu telah lenyap dari dirinya maka cucu semata wayangnya akan dibiarkan begitu saja menjadi anak manusia yang liar dan hidup tanpa aturan. Sementara Qohar hanya terdiam membisu, tak terucap sepatah katapun dari mulutnya, lalu tak lama kemudian ia mengucapkan beberapa patah kata.
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168