Mohon tunggu...
Syaifull Hisyam
Syaifull Hisyam Mohon Tunggu... wiraswasta -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mendung Tak Selamanya

23 Oktober 2017   01:51 Diperbarui: 23 Oktober 2017   03:18 3612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Para wartawan dan reporter adalah tamu, meski tamu-tamu itu datang tanpa diundang. Mereka datang untuk mengurai benang basah yang membelitnya. Mereka membagi tugas, membersihkan rumah, menyapu, memasak,mencuci piring sampai melipat pakaian.

Adzan shubuh belum berkumandang, Aminah telah terbangun lebih awal. Disiapkannya kayu bakar untuk merebus air sebanyak dua dandang. Nasi beserta lauknya telah matang sejak semalam. Pagi ini ia hanya mempersiapkan pembuatan jenang sebagai cemilan panen nanti. Satu persatu para wartawan dan reporter terbangun, sebagian yang lain lebih memilih tiduran di kamar dan sebagian lagi memilih mensucikan diri lalu mendirikan tiang Agama di Musholla.

Pagi itu terasa berbeda dari hari-hari biasa. Jika biasanya Aminah memasak hanya seorang diri, maka kini ia memasak dengan dibantu banyak orang. Jika biasanya Aminah menyapu halaman hanya di sekitar rumahnya, maka kini mereka menyapu halaman dari kebun pisang dan sawo di sisi timur sampai di kebun bambu di sebelah barat. Pagi itu semua wartawan dan reporter Sarapan di rumah, mereka tidak perlu repot membawa sarapan kesawah dalam porsi yang terlalu banyak. Aminah hanya membawa sarapan sebakul dan penganan kecil sebagai camilan untuk para pemanen padi.

Sebagai seorang wartawan yang akrab dengan dunia tulis menulis, sebagian dari mereka merasa asing dengan dunia pertanian, apalagi dengan hitam pekatnya lumpur persawahan. Di sawah, mereka tidak mengerti harus bagaimana dan apa yang mesti dikerjakan. Setelah melalui pengarahan dari beberapa wartawan senior, mereka pun memahami apa yang seharusnya dikerjakan. Setelah berembug beberapa saat, salah seorang kru lalu kembali kerumah, mengambil sesuatu yang bisa dipakai. Kebetulan ada persediaan cutter dan gunting di brankas mobil. Sebagian wartawan yang tidak bisa membabat padi dengan parang lalu memilih memakai gunting atau cutter. Lumayan untuk membabat padi sambil berjongkok santai. Sebagian yang lain memilih menjadi penonton.

Panen raya itu disiarkan secara langsung di beberapa televisi. Satu hal yang menarik perhatian publik yaitu babat padi yang hanya memakai cutter dan gunting, karena keterbatasan alat yang tidak memadai. Mereka yang berjumlah puluhan orang itu tergerak dan mengulurkan tangannya, tergugah oleh rasa kemanusiaan.

Sekitar pukul sembilan pagi, para wartawan dan reporter kembali berdatangan. Rupanya mereka telah diberitahu oleh awak media yang lain mengenai tempat panen raya. Mereka lalu meluncur dan membantu bersama.

Acara panen padi telah selesai hanya dalam satu hari, biasanya acara panen padi sekitar setengah hektar itu memerlukan waktu hingga dua hari lamanya. Mungkin karena tangan-tangan malaikat turut serta membantu, menghembuskan angin semangat, mengalirkan mata air kekuatan hingga usai padi-padi itu dipanen.

Malam itu, digelar sesi wawancara untuk yang kedua kalinya. Dengan bebas para wartawan mengajukan pertanyaan seputar peristiwa di Kantor Kepala Desa Rakusan, hingga kemudian bermuara pada sejarah perjalanan hidupnya. Menjelang tengah malam para wartawan mulai berpamitan.

Sebagian besar wartawan dan reporter telah pulang, hanya Pak Amin dan Pak Puji serta Pak Nugroho dan dua rekannya yang belum pulang. Mereka merencanakan kepulangannya pada esok lusa.

Pagi itu Aminah memenuhi permintaan Pak Amin Ong. Rumah tempat tinggalnya yang didiami selama puluhan tahun itu mendadak ditinggalkannya untuk sementara waktu. Tak lupa ia titipkan rumahnya kepada Mbok Karmini. Ia berangkat ke jakarta bersama cucunya.

Setibanya di Jakarta Aminah menginap di sebuah perumahan elit, rumah kediaman Pak Amin Ong beserta seluruh keluarganya. Di hari pertama, Aminah dan Qohar di ajak jalan-jalan keliling seputar Jakarta bersama Anton, putra sulungnya. Di hari kedua, sekitar pukul delapan pagi, Pak Amin Ong dan Aminah pergi memenuhi undangan pada peringatan hari kartini. Sementara Qohar di rumah bersama putra-putri pak Amin Ong.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun