Mohon tunggu...
Syaifull Hisyam
Syaifull Hisyam Mohon Tunggu... wiraswasta -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mendung Tak Selamanya

23 Oktober 2017   01:51 Diperbarui: 23 Oktober 2017   03:18 3612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Kali ini Aminah akan membuat kacang open. Kacang tanah yang masih tersisa itu dirasa masih kurang, lalu diambilnya lagi dari dalam karung di pojok dapur. Dibuatlah kacang open yang disangrai di atas wajan tebal. Setelah lama dibolak-balik akhirnya matang dengan ditandai warna coklat kehitam-hitaman, serta harum menguar aroma kacang bakar. Seperempat kacang open disisihkannya dan selebihnya dibuat khusus untuk sambatan di rumah Kasanah.

"Qohar" panggilnya sambil menuang kacang open ke dalam plastik.

"Iya mak"

"Antarkan kacang open ini ke rumah Kasanah"

"Iya."

Setiap ada sambatan Aminah seringkali menyumbang sesuatu, entah itu berupa beras, gula, kacang atau apa saja, yang penting bermanfaat. Kegiatan menyumbang dalam bentuk makanan dilakukannya karena itu adalah pilihan satu-satunya. Ia menyadari, tidak bisa menyumbang dalam bentuk tenaga, sebab tidak mempunyai wakil dalam keluarganya. Setidaknya jika ia ingin mengikutkan wakil dalam sebuah acara sambatan, maka sekurang-kurangnya wakil itu telah memasuki masa akil baligh dan itu artinya masih jauh panggang dari api.

Pagi harinya Aminah berangkat ke Kantor Balai Desa. Tak ada yang dirisaukan, tak ada sesuatu hal yang ganjil atau firasat apapun, tetapi pagi itu Qohar seperti tidak merelakan kepergian neneknya ke Kelurahan. Dari bola matanya, menetes air mata. Seakan-akan bocah kecil itu tahu, apa yang akan terjadi nanti. Ia meratap, meminta agar dirinya diijinkan ikut ke Kelurahan. Dengan berat hati neneknya mengijinkannya pergi ke Kelurahan.

Di sepanjang jalan Aminah bercerita tentang kepahlawanan seorang wanita, Ratu Kalinyamat, cita-cita luhurnya ingin menyatukan Nusantara. Bersama kerajaan Johor di Malaka, terhitung telah dua kali Ratu Kalinyamat berupaya mengusir orang-orang Portugis, tetapi upayanya gagal, ketika prajurit Kalinyamat ini melakukan serangan darat dalam upaya mengepung benteng pertahanan Portugis di Malaka, tentara Portugis dengan persenjataan lengkap berhasil mematahkan kepungan tentara Kalinyamatt.

Banyak tentara Jawa yang gugur di medan perang kala itu. Jasad mereka akhirnya dikuburkan di sana. Hingga kini masih terdapat Kuburan massal para tentara Jawa di Johor Malaka. Salah satu tentara Jawa yang gugur di medan perang itu adalah ki Bagja, buyutnya. Konon kabarnya istri ki Bagja yang berperan sebagai tukang masak kala itu masih hidup dan mewariskan banyak keturunan disana. Aminah berharap suatu saat bisa mengunjungi anak cucu dari buyutnya di sana.

Di tengah perjalanan, perempuan tua itu mulai merasakan letih. Keringatnya yang seukuran biji jagung mulai membasahi lehernya. Separuh baju dipunggungnya juga mulai basah oleh biang keringat, tetapi Qohar masih menikmati perjalanan. Di sa'at rasa letih kian menyerang, ada sebuah bangku kayu di pinggir jalan. Tempat nongkrong anak-anak muda, suatu kebetulan. Lumayan Aminah dan cucunya lalu beristirahat sebentar, duduk selonjor di atas bangku kemudian dikeluarkannya sebotol minuman dari balik selendangnya.

"Alhamdulillah seger tenan." ucapnya dengan menghela nafas panjang-panjang. "kamu tidak minum?" tanyanya kemudian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun