Mohon tunggu...
Syaifull Hisyam
Syaifull Hisyam Mohon Tunggu... wiraswasta -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mendung Tak Selamanya

23 Oktober 2017   01:51 Diperbarui: 23 Oktober 2017   03:18 3612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Ada tamu Mak,"

"Kenapa tidak kau suruh masuk?"

"Saya lupa,"

"Masih kecil kok sudah pikun, ini daun pisangnya jerang di depan tungku, lalu jahe sama kunyitnya taruh di ember," perintahnya, lalu menemui para tamu.

"Silahkan masuk Pak, tadi malam cucuku sudah cerita semuanya. Saya tidak tahu harus bicara apa. Saya sangat bersyukur kepada Tuhan dan tidak lupa saya haturkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya atas kebaikan dan ketulusan bapak. Kini

 Alhamdulillah Saya bisa kembali kerumah." sambutnya sambil merapikan tempat duduk.

"Sudah, lupakan saja Mbah, biarlah itu semua menjadi pelajaran hidup. Lalu bagaimana nasib orang-orang Balai Desa, apakah mereka sudah ditangkap?" tanyanya penasaran.

"Aku tidak tahu apa-apa, aku hanya ditanyai polisi sebelum mendapat ijin pulang. Sementara para perangkat Desa membiarkanku pulang bersama cucuku, itu saja yang ku lihat, tetapi sebelumnya cucuku melihat, mereka makan bersama di aula depan. Di waktu yang sama, saya juga diberi makan serta diberi satu sisir pisang dan jeruk beberapa buah. Tapi pak, biarlah masalah ini cukup sampai disini. Jangan dibesar-besarkan apalagi diperkarakan. Aku khawatir melihat masalah kriwikan menjadi grojogann ," balasnya dengan panjang lebar.

"Saya melihat, ini semua penuh dengan persekongkolan dari segelintiran orang yang sengaja menghalang-halangi, sehingga lahan bakal proyek menjadi terbengkalai karena keputusan sepihak, ini sama sekali tidak adil. Jika masalah ini dilanjutkan, apa yang mesti ditakutkan? Kita tidak perlu takut, tidak ada yang perlu ditakutkan dalam masalah ini, termasuk para perangkat Desa Rakusan itu. Kita tidak boleh takut kecuali hanya kepada Allah!" ujar Pak Amin berkesimpulan dengan pelan dan meyakinkan.

"Begitu fasih kau mengucapkan kalimat Allah, bukankah kau dari etnis Chunghoa?"

"Bukan, saya bukan etnis chunghoa, saya orang Betawi berdarah jawa-sunda, hanya saja, mungkin karena sejak kecil saya dirawat dan dibesarkan oleh orang chunghoa, sehingga saya lebih mirip seperti orang chunghoa, dari sifat maupun sikapnya" paparnya, menjelaskan sedikit gambaran tentangnya. Pak Amin diam sejenak, lalu bertutur tentang bagaimana dirinya terlahir ke dunia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun