Mohon tunggu...
Syaifull Hisyam
Syaifull Hisyam Mohon Tunggu... wiraswasta -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mendung Tak Selamanya

23 Oktober 2017   01:51 Diperbarui: 23 Oktober 2017   03:18 3612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Qohar menjadi merinding di sekujur tubuhnya menyaksikan semua itu. Hanya bisa berpegang erat-erat pada pamannya yang bisa ia lakukan. Ia lalu digendong pamannya sampai di luar perkebunan tebu.

"Paman, berhenti sebentar!" pintanya penuh harap.

"Ada apa?"

"Sejak dari tadi aku ingin kencing," balasnya sambil meringis menahan sesuatu.

"Kenapa tidak bilang dari tadi," Selorohnya.

"Aku takut," jawabnya berterus terang. Qohar lalu menjauh darinya.

Ular sanca yang memangsa seekor musang itu masih membayangi pikiran paman Mansyur. Masih teringat jelas dibenaknya, bagaimana seekor musang itu ditelannya bulat-bulat. Jenis ular yang telah terbiasa berpuasa selama berbulan-bulan itu sekali makan, ternyata mengejutkan. Menurut para sesepuh desa, pada waktu-waktu tertentu, ular sanca akan keluar mencari mangsa dan dipercaya sebagai penunggu di setiap tempat yang ditempati. Tetapi dari pawang ular diketahui, jika perilaku ular sanca dalam mencari mangsa sekurang-kurangnya dalam rentang waktu sepekan sekali, tergantung jenis dan ukurannya. Semakin besar ukuran ular, semakin lama rentang waktu yang dibutuhkan dan semakin besar pula ukuran mangsanya. Pak Paidi, suami Nyai Sarkem,  pawang ular pernah memelihara ular sanca kembang sepanjang tiga meter. Setiap bulan Pak Paidi memasukkan seekor ayam jago ke dalam kandang ular, tetapi tidak pernah disentuhnya. Setelah cukup lama ayam jago diberi makan didalam kandang ular, lalu dilepas liarkan kembali karena tak juga dijadikan mangsa. Setelah berjalan tujuh bulan lamanya, ular sanca kembang itu berpuasa tanpa makan dan minum, pada waktunya ular itupun secepat kilat menyambar kepala ayam jago. Pelan-pelan ular sanca kembang itu melilitkan tubuhnya pada mangsanya hingga ayam jago itu tidak bergerak sama sekali, remuk sudah semua tulang-tulangnya. Sebanyak empat ekor ayam jago ditelannya bulat-bulat pada hari itu juga.

"Paman!"

"Iya, '' ia tersentak kaget.

"Paman kenapa?"

"Aku masih kepikiran ular tadi, bagaimana mungkin musang itu bisa ditelan? Tapi kenyataannya musang itu telah mendiami perut ular sanca. Sungguh mengerikan!"ujarnya bergidik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun