Mohon tunggu...
Syaifull Hisyam
Syaifull Hisyam Mohon Tunggu... wiraswasta -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mendung Tak Selamanya

23 Oktober 2017   01:51 Diperbarui: 23 Oktober 2017   03:18 3612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Fariz, putra Pak Karni baru beberapa minggu dibelikan televisi. Di rumah Fariz itu ia menonton televisi serial drama Betawi Si Doel Anak Sekolahan. Di situ si Doel dan Mandra sang pemeran utama memanggil Ibunya dengan sebutan Maknyak. Qohar yang masih polos itupun ikut-ikutan memanggil neneknya dengan sebutan Maknyak. Kini panggilan Maknyak menjadi suatu kebiasa'an yang mengakar dan berangsur menjadi sebuah kebanggaan sekaligus hiburan baginya. Ada semacam rasa teduh apabila panggilan Maknyak itu terlontar dari mulut cucunya.

"Di genuk1 ada beberapa ikat daun singkong. Ambil seikat saja lalu berikan sama Mbok Rumi, nanti terus pulang jangan keluyuran." perintah Aminah sembari menasehati.

"Kemarin sore kan sudah diberi Mak?" ujar Qohar berselidik.

"Kamu kemarin sore kan juga sudah makan!" timpalnya enteng.

"Aku tidak makan, tapi sarapan." kilahnya.

"Sarapan kok sore-sore. Sudah! sana buruan, besok Insyaallah ku carikan gemak lagi." perintahnya sambil menghibur, untuk mengobati kekhawatirannya.

"Saya mau kencing dulu Mak!" tunda Qohar beralasan.

"Pinterr, yo wis kencing dulu sana!" ujarnya memberinya ruang untuk beralasan.

Mbok Rumi adalah seorang janda tua, hidup sebatangkara, walau sebenarnya usianya terpaut jauh lebih muda dari Aminah, tetapi Mbok Rumi sering sakit-sakitan sehingga terlihat lebih tua darinya. Ia ibarat pohon beringin yang rimbun dengan berhiaskan dedaunan yang lebat, akan tetapi cepat meranggas. Daunnya dengan mudah berguguran lalu mengering, laksana menghadapi musim kemarau selama bertahun-tahun. Ia tidak punya keturunan maupun sanak saudara untuk mengisi tempat berbagi. Seminggu yang lalu rumahnya yang lebih mirip gubuk itu, tiba-tiba roboh berantakan. 

Sekarang gubuknya yang rata dengan tanah itu telah berdiri, tetangga di kanan kiri, gotong royong memperbaiki dan membangunnya kembali. Sebelumnya ia menumpang makan dan tidur di rumah Kartini, yang hidup dalam kesendirian pula karena ditinggal pergi suaminya merantau. Sampai sekarang selama kurang lebih dua puluh tahun, suaminya itu tidak pernah ada kabarnya. Entah orangnya masih hidup atau sudah mati.

Rumah Mbok Rumi yang berdindingkan anyaman bambu itu ambruk, rata dengan tanah oleh ulah kambing- kambing snewen milik Haji Malik. Tiga ekor kambingnya terlepas dari kandangnya. Dua ekor kambing jantannya ngebet ingin kawin lalu mengejar seekor kambing betina yang tengah berahi. Ketiganya berkejar-kejaran dan berlari-lari bebas mengelilingi kampung. Tanpa diduga sebelumnya, salah satu kambing jantan itu, tali tambangnya tersangkut di salah satu tiang rumahnya Mbok Rumi. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun