Mohon tunggu...
Syaifull Hisyam
Syaifull Hisyam Mohon Tunggu... wiraswasta -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mendung Tak Selamanya

23 Oktober 2017   01:51 Diperbarui: 23 Oktober 2017   03:18 3612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Tidak Mak!". jawabnya dengan menggelengkan kepala.

Di sepanjang jalan, pikirannya selalu teringat sebuah surat dari kelurahan. Ia merenungkan kembali sambil terus berjalan. kenapa dirinya dipanggil ke kelurahan? mungkinkah perbuatan kemarin itu melanggar hukum sehingga pihak kelurahan melayangkan surat panggilan baginya? Akankah orang-orang lingkaran Balai desa tega menganiaya dan mendzalimi seorang perempuan yang telah renta seperti dirinya?  Apapun yang akan terjadi, perempuan berambut perak itu tak gentar untuk menghadapinya. Sementara itu sejauh mata memandang, di ujung pematang dekat perkebunan tebu, seekor anjing tengah menenteng seekor musang hasil buruannya, tiba-tiba musang yang terlihat sudah mati lemas itu lepas dari gigitan anjing lalu kemudian lari terbirit-birit kedalam semak-semak. Hikmah yang bisa diambil, ternyata musang yang tidak punya otak itu juga bisa mengelabuhi musuhnya, layaknya seperti manusia yang berfikir. Musang itu bisa lolos dari musibah, meski nyawanya berada diujung tanduk. Torehan takdir dari yang kuasa tidak ada seorangpun yang tahu, hanya pasrah kepada tuhan yang bisa ia lakukan.

Yaa Allah ya Tuhanku, mati hidupku adalah hak Mu. Apa yang akan terjadi nanti semoga bisa ku terima, Aku pasrah Yaa Robbi.

Tak seperti apa yang diduga sebelumnya. Di depan Kantor  Balai Desa telah berjajar puluhan sepeda motor. Rupanya seluruh perangkat Desa juga diundang dan telah hadir menunggu kedatangannya. Memasuki halaman Balai Desa tanpa sepatah katapun basa-basi yang mereka ucapkan. Sekali sapaan itu terdengar serasa seperti petir yang menyambar.

"Jadi ini rupanya orang yang telah mempermalukan Desa kita.". ucap Pak Carik nerocos begitu saja.

"Dulu kamu mengajariku sopan santun dan tata krama, tetapi setelah tahu sifat aslimu seperti ini, aku sudah tidak percaya lagi dengan kata-kata maupun petuahmu." ujar Edi Baskoro yang tengah menjabat sebagai modin Desa, anak kedua Mbah Imran, kakak kandung Aminah.

Emosi perempuan tua itu tertahan, ia terima kesumat-kesumat yang dimuntahkan oleh keponakannya sendiri. Tidak sepatah katapun yang terucap dari bibirnya yang mulai kelu membiru. Walau hakikatnya, hati dan perasaannya seperti tersambar petir. Salah seorang perangkat Desa yang masih muda dengan gayanya yang dibuat-buat, mempersilahkan duduk terlebih dahulu.

"Monggo Mbah! duduk dulu, Pak Lurah masih melayani banyak orang."

Seorang perangkat desa yang masih muda itu mengelu-elukan kesibukan Pak lurah, pada hal Aminah tahu sendiri dan telah menjadi rahasia umum, jika pelayanan di Kantor Balai Desa tak pernah genap setengah hari. Itu semua karena minimnya orang-orang yang berurusan dengan Balai Desa. Mereka enggan mengurus surat-surat ke Balai Desa, karena urusannya bisa tambah runyam dan berbelit-belit. Masyarakat lebih memilih jalur instan dari pada harus warawiri ke Balai Desa dan ke Kecamatan. Kalaupun diurus sendirian urusannya belum tentu kelar dalam sehari, bahkan bisa memakan waktu hingga berbulan-bulan. Dalam sehari-hari pihak Balai desa melayani puluhan orang itu berarti telah mencapai angka yang tertinggi. Hanya melalui calo jalan satu-satunya mengurus keperluan ke Balai Desa.

"Mbah! perlu saya beri tahu, bahwa setiap ada masalah maupun keperluan warga, pihak pemerintah Desa selalu mempermudah urusan, bahkan kalau perlu sampai tengah malam sekalipun, dua puluh empat  jam." ujar seorang perangkat desa berbadan kurus.

"Mbah! kalau tidak setuju dengan program-program Desa bilang saja langsung pada Pak Carik atau Pak Lurah jangan nulis seperti itu, jadinya kan malah tambah ruwet urusannya." seloroh yang lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun