Mohon tunggu...
Syaifull Hisyam
Syaifull Hisyam Mohon Tunggu... wiraswasta -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mendung Tak Selamanya

23 Oktober 2017   01:51 Diperbarui: 23 Oktober 2017   03:18 3612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Biasanya sebelum Emak pergi, Aku sering diwanti-wanti supaya jangan takut dalam menghadapi siapapun, termasuk terhadap para Tentara Belanda, bahkan kalau bisa, perdayai mereka agar mau memberikan bahan makanan. Waktu itu mencari makan susahnya tiada terkira, tak semudah mencari ikan-ikan di sungai.

Awalnya, kedatangan dua orang Tentara Belanda itu membuatku merinding ketakutan, Sukarti juga demikian, Aku berusaha menenangkannya. Rupanya maksud dan tujuan mereka datang hanya untuk mencari Kang Umar, seorang gerilyawan yang selama ini menjadi tameng masyarakat. Terkenal sakti, tubuhnya tak mampu ditembus ratusan peluru. Seorang jawara kampung dan bertindak sebagai perisai bagi orang-orang pribumi. Tanpa berbasa basi mereka tiba-tiba memasuki rumah tanpa permisi,mereka meneror kami.

"Dimana keberadaan Umar, si keparat itu?" gertak salah seorang tentara, di wajahnya terdapat bekas luka yang melintang tepat di atas alisnya, dengan mata melotot.

"Kami sama sekali tidak tahu". jawabku dengan agak bingung.

"Jangan coba-coba menipuku! kalau kamu tak ingin senjataku menembus kepalamu. Cepat beritahu dimana keberadaannya?

"Silahkan duduk dulu Tuan?" Aku mencoba mengalihkan perhatian dengan wajahku yang pucat pasi.

"Saya tidak ada waktu untuk istirahat barang sebentar!" Kembali kedua bola mata tentara itu melotot hingga seperti mau keluar.

"Baiklah Tuan, saya akan coba cari tahu keberadaannya. Tunggulah sebentar!" Pintaku penuh harap.

"Ingat! jangan sekali-kali kamu beritahukan keberadaan kami di sini, atau akan kuhancurkan perkampungan ini!"

"Jangan tuan, biarkan kami hidup dengan tenang tuan." Pintaku dengan memelas penuh rasa cemas.

"Jangan banyak bicara!, cepat cari tahu dimana keberadaannya?"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun