Â
Dan setelah ia memberi tanda kepada Ciulla untuk melonggarkan lengannya, ia pun mulai berkata dengan cara demikian:
"Sering kali malapetaka justru menjadi cangkul dan sekop yang membukakan jalan bagi keberuntungan yang tak terbayangkan. Namun masih saja ada orang yang mengutuk hujan yang membasahi kepala mereka, tak tahu bahwa hujan itu membawa kelimpahan yang sanggup mengusir lapar, sebagaimana dapat dilihat dalam kisah seorang pemuda yang akan kuceritakan.
Â
Konon hiduplah seorang pedagang yang amat kaya bernama Antoniello, yang memiliki dua anak lelaki, Cienzo dan Meo, begitu mirip rupa sehingga orang tak dapat membedakan satu dari yang lain. Maka terjadilah, ketika Cienzo, si sulung, sedang melempar batu di Arenaccia bersama putra raja Napoli, tanpa sengaja ia memecahkan kepala sang pangeran.
Â
Karena perbuatan itu, Antoniello, marah besar, berkata kepadanya, "Bagus sekali, anak manis, kau benar-benar sudah membuat masalah besar! Tulis saja ke rumah tentang itu! Pamerkan saja, dasar karung, atau akan kuremas isi perutmu! Angkat tinggi-tinggi di tiang, ayo! Kau hancurkan sesuatu yang berharga enam koin! Kau retakkan kepala anak raja? Apa kau tak punya penggaris, hah, anak kambing jantan? Bagaimana nasibmu sekarang? Aku takkan menaruh harga tiga sen pun atas kepalamu; kau sudah membuat kekacauan, dan sekalipun kau masuk kembali ke perut ibumu, aku takkan bisa menyelamatkanmu dari cengkeraman raja, sebab, sebagaimana kau tahu, tulang kering mereka panjang, mampu meraih ke mana saja mereka suka, dan ia akan melakukan hal-hal yang busuk."
Â
Cienzo, setelah ayahnya berbicara panjang lebar, menjawab, "Ayahanda, aku selalu mendengar orang berkata bahwa lebih baik memiliki polisi di rumah daripada seorang tabib. Bukankah akan lebih buruk bila dialah yang menghantam kepalaku? Aku dipancing, kami hanya anak-anak, akhirnya kami berkelahi, ini adalah kesalahanku yang pertama; sang raja adalah orang bijaksana. Pada akhirnya, apa yang dapat ia lakukan terhadapku seratus tahun dari sekarang? Jika mereka enggan memberiku seorang ibu, mereka bisa memberiku seorang putri; jika mereka tidak mau memberikannya matang, biarlah diberi mentah. Sama saja di seluruh dunia: bila kau takut, lebih baik kau menjadi polisi."
Â
"Apa yang bisa ia lakukan terhadapmu?" balas Antoniello. "Ia bisa mengusirmu dari dunia ini, menyuruhmu pergi untuk berganti udara; ia bisa memperlakukanmu seperti seorang guru sekolah, dengan tongkat sepanjang dua puluh empat hasta yang akan membuatmu menggaruk-garuk ikan sampai mereka bisa bicara; ia bisa mengirimmu pergi, dengan kerah setinggi tiga hasta yang dilapisi sabun dan kanji, untuk mencari kesenangan bersama sang Janda, di mana alih-alih menyentuh tangan pengantinmu, kau akan menyentuh kaki algojo.
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130