Mohon tunggu...
Doppo Bungaku
Doppo Bungaku Mohon Tunggu... Pendongeng Pemula

Konon, ada seorang pengembara yang memikul ransel berisi serpihan cerita. Ia mendengar bisikan pohon tua, percakapan api unggun, dan nyanyian anak-anak yang terlupakan. Semua ia simpan, satu per satu, hingga terkumpul menjadi mozaik dongeng yang bisa membuat siapa pun kembali percaya pada keajaiban.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Lo cunto de li cunti atau Pentamerone: Hari Pertama

5 Oktober 2025   09:03 Diperbarui: 5 Oktober 2025   09:03 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Kedua perempuan tua itu, yang mulai berlagak dan sombong karena janji-janji serta bujukan sang raja, bersepakat untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan menangkap burung yang hendak masuk perangkap dengan sendirinya. Maka pada suatu hari, ketika raja tengah meracau di atas jendela mereka, keduanya berkata melalui lubang kunci dengan suara kecil lirih, bahwa kebaikan terbesar yang dapat mereka lakukan untuknya ialah memperlihatkan, dalam delapan hari, hanya satu jari dari tangan mereka.

 

Raja, yang sebagai prajurit kawakan tahu bahwa benteng ditaklukkan sejengkal demi sejengkal, tidak menolak persyaratan itu. Ia berharap dapat menaklukkan jari demi jari benteng yang sedang ia kepung, sebab ia pun paham benar akan pepatah lama: 'Ambil dulu, baru minta.'

 

Maka ia menerima keputusan itu, bahwa pada hari kedelapan ia akan melihat keajaiban dunia kedelapan. Sejak itu, kedua perempuan tua itu sibuk mengisap-isap jari mereka seperti apoteker yang meneguk sirup yang tumpah, dengan rencana bahwa pada hari yang ditentukan nanti, siapa pun yang jari tangannya tampak paling haluslah yang akan menunjukkannya kepada sang raja.

 

Dan sementara itu, sang raja gelisah menanti tibanya jam yang telah ditentukan untuk meredakan hasratnya: ia menghitung hari-hari, ia menandai malam-malam, ia menimbang jam-jam, ia mengukur detik-detik, ia mencatat tiap kedipan waktu yang diberikan kepadanya dalam penantian akan kenikmatan yang dinantikan.

 

Sekarang ia merayu Matahari agar mengambil jalan pintas melintasi padang langit, supaya lebih cepat tiba di kandang api dan memberi minum pada kudanya yang lelah setelah perjalanan panjang, sebelum waktu yang semestinya. Sekarang pula ia memohon pada Malam agar segera menurunkan bayang-bayang, agar ia bisa melihat cahaya yang meski belum tampak, telah membuatnya terbakar dalam tungku api Cinta.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun