Mohon tunggu...
Doppo Bungaku
Doppo Bungaku Mohon Tunggu... Pendongeng Pemula

Konon, ada seorang pengembara yang memikul ransel berisi serpihan cerita. Ia mendengar bisikan pohon tua, percakapan api unggun, dan nyanyian anak-anak yang terlupakan. Semua ia simpan, satu per satu, hingga terkumpul menjadi mozaik dongeng yang bisa membuat siapa pun kembali percaya pada keajaiban.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Lo cunto de li cunti atau Pentamerone: Hari Pertama

5 Oktober 2025   09:03 Diperbarui: 5 Oktober 2025   09:03 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan ketika terbuka, tampaklah keindahan, kemegahan, serta kemewahan yang luar biasa, sungguh sulit dipercaya mata manusia. Melihat semua itu, Antuono segera berkata, "Tertutuplah, taplak meja!"

 

Dan setelah segalanya kembali tertutup rapat di dalamnya, ia bergegas menuju penginapan yang sama seperti sebelumnya. Sesampainya di sana, ia berkata kepada si penjaga penginapan, "Tolong simpan taplak ini, dan jangan coba-coba mengatakan 'terbukalah' atau 'tertutuplah, taplak meja!'"

 

Si penjaga, seorang penipu tiga kali matang, berkata: "Serahkan saja padaku." Dan setelah ia kembali membuat Antuono kenyang hingga kekenyangan dan yakin bahwa ia sudah menggenggam monyet dari ekornya, ia mengirimnya ke ranjang, lalu mengambil taplak itu dan berkata, "Terbukalah, taplak meja!"

 

Maka terbukalah taplak itu, dan keluarlah begitu banyak barang-barang berharga hingga menakjubkan mata. Lalu si penjaga mencari taplak lain yang mirip, dan ketika Antuono bangun, ia menukar yang asli dengan yang palsu.

 

Antuono pun melenggang pergi dan sampai ke rumah ibunya sambil berseru, "Kali ini benar-benar kita akan menendang kemiskinan! Kali ini benar-benar kita akan menemukan obat bagi kain tambal dan compang-camping kita!"

 

Selesai berkata, ia bentangkan taplak itu di lantai dan mulai berkata, "Terbukalah, taplak meja!"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun