Mohon tunggu...
Doppo Bungaku
Doppo Bungaku Mohon Tunggu... Pendongeng Pemula

Konon, ada seorang pengembara yang memikul ransel berisi serpihan cerita. Ia mendengar bisikan pohon tua, percakapan api unggun, dan nyanyian anak-anak yang terlupakan. Semua ia simpan, satu per satu, hingga terkumpul menjadi mozaik dongeng yang bisa membuat siapa pun kembali percaya pada keajaiban.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Lo cunto de li cunti atau Pentamerone: Hari Pertama

5 Oktober 2025   09:03 Diperbarui: 5 Oktober 2025   09:03 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Dan saudarinya menjawab, "Diamlah, sebab kita punya lebih banyak waktu daripada uang; makanlah dulu, dan kalau tidak nanti makanan itu akan tersangkut di kerongkonganmu, lalu nanti kita akan bicara."

 

Raja yang ingin tahu kembali bertanya apa yang dimaksudnya, dan mempelai yang kini pening kepalanya seakan dihantam martil, menjawab bahwa kakaknya menginginkan sesuatu yang manis. Maka datanglah badai kue-kue, serbuan wafer dan donat kecil, banjir puding susu, dan hujan deras manisan madu.

 

Namun perempuan tua itu, yang resah bagai cumi-cumi dan perutnya melilit tak karuan, kembali memainkan nada yang sama hingga pengantin perempuan tak lagi sanggup menahannya. Demi menyingkirkan gangguan itu, akhirnya ia menjawab lirih, "Aku menguliti diriku, saudariku."

 

Mendengar itu, si kakak yang iri segera bergumam di bawah napasnya, "Baiklah, kata-katamu tidak jatuh pada telinga yang tuli! Aku pun ingin mencoba peruntungan, sebab tiap roh punya perutnya sendiri, dan jika aku berhasil menggenggam nasib, engkau takkan jadi satu-satunya yang bersuka cita. Aku pun ingin bagianku, sampai ke batang adasnya."

 

Sementara ia berbicara demikian, meja jamuan pun telah dibereskan. Berpura-pura hendak memenuhi suatu hajat, ia bergegas pergi ke sebuah kedai tukang cukur. Di sana ia menjumpai sang empunya, lalu membawanya masuk ke ruang belakang, dan berkata. "Ini ada lima puluh dukat untukmu; kulitilah aku dari kepala hingga kaki."

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun