Mohon tunggu...
Doppo Bungaku
Doppo Bungaku Mohon Tunggu... Pendongeng Pemula

Konon, ada seorang pengembara yang memikul ransel berisi serpihan cerita. Ia mendengar bisikan pohon tua, percakapan api unggun, dan nyanyian anak-anak yang terlupakan. Semua ia simpan, satu per satu, hingga terkumpul menjadi mozaik dongeng yang bisa membuat siapa pun kembali percaya pada keajaiban.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Lo cunto de li cunti atau Pentamerone: Hari Pertama

5 Oktober 2025   09:03 Diperbarui: 5 Oktober 2025   09:03 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

IAC.:
 Ada pula orang lain yang menganggap dirinya orang besar. Ia merapikan kerutan pada kaus kakinya, menimbang kata-katanya, meludah dengan penuh gaya, dan merasa dirinya yang terbaik di dunia. Bila menyangkut puisi, ia melompat dengan sekali hentakan dan melewati Petrarca; bila filsafat, ia mengalahkan Aristoteles dengan lima belas poin dan sebuah pelanggaran; dalam aritmetika, Cantone tak ada apa-apanya; dalam seni perang, Cornazzano gosong; dalam arsitektur, Euclid boleh pulang! Bila musik, ia menemukan cela pada Venosa; bila hukum, ia menjatuhkan Farinaccio ke jurang kehancuran; bila bahasa, ia tak peduli pada Boccaccio! Ia merangkai putusan dan menusuk pendapat, meski nilainya tak lebih dari pecundang dalam permainan ketapel. Namun bila diuji, akhirnya terbukti bahwa ia hanyalah tolol di atas tumpukan buku.

FAB.:
 Oh, alangkah kejamnya sikap terlalu berlagak! Seorang murid bijak pernah berkata, "Siapa yang mengira dirinya paling tahu, dialah yang paling bodoh."

IAC.:
 Lalu bagaimana dengan alkimia dan sang alkemis? Ia sudah menganggap dirinya puas dan bahagia, menjanjikan hal-hal yang lebih dahsyat dalam dua puluh atau tiga puluh tahun. Ia bercerita tentang penemuan-penemuan hebat yang katanya ia dapatkan saat menyuling dengan alembiknya, yang ia harap akan membuatnya kaya.
 Namun begitu ia dimasukkan ke dalam wadah ujian, ia hancur luluh, dan tampaklah jelas apakah seni itu murni atau tercemar, dan betapa butanya ia: dia yang, berminyak dan penuh asap, menaruh tiang harapannya di atas kendi-kendi kaca, dan semua rencana serta pikirannya di antara kepulan asap. Dia yang, ketika mengipasi api dengan bellow-nya, di saat yang sama memberi makan harapan orang-orang dengan kata-katanya, untuk sesuatu yang takkan pernah datang. Ia berburu rahasia dan disebut gila; dalam mencari zat utama, ia kehilangan bentuk dirinya sendiri; ia menyangka bisa melipatgandakan emas, namun justru mengurangi yang ada; ia membayangkan mampu menyembuhkan logam-logam yang sakit, tapi malah berakhir di rumah sakit sendiri. Dan alih-alih membuat raksa membeku, agar bisa dipakai dan bernilai, ia justru mengentalkan hidupnya sendiri; dan ketika ia berpikir telah mengubah setiap logam menjadi emas paling murni, ia justru berubah dari seorang manusia menjadi seekor kuda.

FAB.:
 Tanpa ragu, sungguh gila menekuni usaha ini! Aku telah melihat seratus rumah hancur, karam ke dasar! Tak pernah ada hasilnya, dan dengan harapan besar yang putus asa, ia selamanya berkeliaran, berasap dan kelaparan.

IAC.:
 Tapi katakanlah padaku: apa lagi yang kau harapkan dengan tiga koin?

FAB.:
 Ini aku, dengan mulut ternganga, siap mendengarkanmu.

IAC.:
 Dan aku akan terus bicara sampai ke roset itu.

FAB.:
 Teruskanlah kalau begitu, sekarang kau sedang bersemangat.

IAC.:
 Akan kulakukan, kalau saja jiwaku tidak gelisah, sebab waktu makan malam telah lewat! Jadi mari kita angkat kaki dari sini, dan datanglah, bila kau mau, ke tokoku, agar kita bisa menggerakkan gigi kita, sebab "tak pernah kekurangan kerak di rumah si miskin."

Kata-kata dalam ekloga ini diiringi dengan gerakan-gerakan anggun dan liukan bibir yang begitu indah, sehingga kau bisa saja mencabut gigi semua orang yang mendengarnya. Dan karena jangkrik telah menyerukan kepada manusia untuk beristirahat, sang pangeran pun membubarkan para wanita dengan syarat agar mereka datang lagi keesokan paginya untuk melanjutkan usaha mereka, dan ia sendiri bersama budaknya masuk ke dalam kamarnya.

Tamat Hari Pertama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun