Dan ketika kesabarannya habis, ia pun murka kepada Waktu, yang demi menggodanya berjalan dengan tongkat dan beralas kaki timah, agar terlambat tiba pada jam pembayaran hutang kepada sang pujaan hati dan menunda kesepakatan yang telah mereka buat bersama.
Â
Â
Tetapi sebagaimana kehendak Matahari ketika berada di rasi Leo, tibalah waktunya, dan raja pun pergi sendiri ke taman itu. Ia mengetuk pintu sambil berseru, "Keluarlah, keluarlah, di mana pun kau bersembunyi!"
Â
Maka salah satu dari dua perempuan tua itu---yang paling sarat dengan usia, sebab batu ujian telah menunjukkan jarinya lebih halus daripada milik saudarinya---menjulurkan jarinya melalui lubang kunci dan menunjukkannya kepada sang raja.
Â
Namun, itu bukan sekadar jari, melainkan sebilah tongkat tajam yang menembus jantung raja. Atau lebih tepatnya, bukan tongkat, melainkan gada yang memukul kepalanya. Tapi, apa yang aku katakan, tongkat dan gada? Itu adalah sebatang api yang disulutkan pada pelatuk hasratnya, sebuah sumbu yang dinyalakan dari gudang mesiu keinginannya. Tetapi, apa yang aku katakan, tongkat, gada, api, dan sumbu? Itu adalah duri yang menusuk ekor pikirannya---bahkan, sebuah obat pencahar berupa buah ara kecut yang membuatnya mengeluarkan gas asmara dalam kepulan desahan.
Â
Dan ketika ia menggenggam tangan itu serta menciumi jari tersebut, yang telah berubah dari sebuah amplas tukang sepatu menjadi penggilap emas tukang perhiasan, ia pun mulai berkata, "O, arsip kemanisan, o, daftar kebahagiaan, o, catatan segala hak istimewa Cinta, yang karenanya aku kini telah menjadi gudang derita, lumbung kesedihan, dan bea cukai siksaan! Adakah mungkin engkau hendak bersikap begitu keras dan membatu hingga rintihanku tak dapat melunakkanmu? Kuseru engkau, wahai hatiku yang jelita, jika kau telah menunjukkan ekormu melalui lubang ini, kini tunjukkanlah juga moncongmu, dan marilah kita membuat jeli kebahagiaan! Jika kau telah memperlihatkan cangkangmu, o samudra kecantikan, kini perlihatkanlah daging manismu; bukalah mata elangmu dan biarlah ia menyantap hatiku ini! Siapakah yang menyekap harta wajah indah itu dalam jamban? Siapakah yang mengasingkan barang mulia itu dalam gubuk? Siapakah yang mengurung kekuatan Cinta dalam kandang babi? Keluarlah dari liang itu, larilah dari kandang itu, tinggalkan lubang itu! 'Melompatlah, siput kecil, dan ulurkan tanganmu pada Cola'; habiskan aku sesuai nilainya!
Â
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130