Mohon tunggu...
Doppo Bungaku
Doppo Bungaku Mohon Tunggu... Pendongeng Pemula

Konon, ada seorang pengembara yang memikul ransel berisi serpihan cerita. Ia mendengar bisikan pohon tua, percakapan api unggun, dan nyanyian anak-anak yang terlupakan. Semua ia simpan, satu per satu, hingga terkumpul menjadi mozaik dongeng yang bisa membuat siapa pun kembali percaya pada keajaiban.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Lo cunto de li cunti atau Pentamerone: Hari Pertama

5 Oktober 2025   09:03 Diperbarui: 5 Oktober 2025   09:03 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Ketika Cienzo bertanya apa sebab dukacita itu, ia diberitahu bahwa seekor naga berkepala tujuh telah muncul di negeri itu---naga paling mengerikan yang pernah terlihat di dunia. Ia memiliki jengger seekor ayam jantan, kepala seekor kucing, mata berapi, mulut anjing Korsika, sayap kelelawar, cakar beruang, dan ekor ular.

 

"Sekarang naga itu melahap satu jiwa setiap hari, dan karena bencana ini masih berlangsung, hari ini Menechella, putri sang raja, kebetulan mendapatkan undian maut. Dan itulah sebabnya istana kerajaan dipenuhi jerit tangis, sebab makhluk tercantik di negeri ini akan segera dilahap bulat-bulat oleh binatang yang mengerikan itu."

 

Mendengar ini, Cienzo menepi, dan tak lama kemudian ia melihat Menechella datang dengan iring-iringan duka, ditemani para dayang dan seluruh perempuan negeri itu, yang menepuk-nepuk tangan, merobek-robek rambut, dan meratapi nasib buruk sang gadis malang dengan kata-kata ini,  "Siapa yang bisa mengira gadis malang ini harus menyerahkan harta hidupnya kepada tubuh binatang jahat itu?
 Siapa yang bisa mengira burung kenari yang jelita ini harus terkurung dalam perut seekor naga?
 Siapa yang bisa mengira ulat sutra nan indah ini harus meninggalkan benih kehidupannya dalam kepompong hitam?"

 

Ketika mereka tengah berkata demikian, naga itu keluar dari sebuah gua kecil. Oh, ibu bunda, alangkah mengerikannya wajah itu! Katakan saja, matahari pun bersembunyi di balik awan karena ketakutan, dan langit menjadi gelap; hati semua orang kaku bagai mumi, dan tubuh mereka gemetar begitu hebat hingga tak sanggup menerima enema dari sehelai bulu babi sekalipun.

 

Melihat hal itu, Cienzo meraih pedangnya dan---hap!---memenggal salah satu kepala naga hingga jatuh ke tanah. Namun sang naga menggosok lehernya dengan sejenis ramuan yang tumbuh tak jauh dari sana, dan kepalanya pun kembali melekat, laksana ekor cicak yang tumbuh kembali.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun