Mohon tunggu...
Doppo Bungaku
Doppo Bungaku Mohon Tunggu... Pendongeng Pemula

Konon, ada seorang pengembara yang memikul ransel berisi serpihan cerita. Ia mendengar bisikan pohon tua, percakapan api unggun, dan nyanyian anak-anak yang terlupakan. Semua ia simpan, satu per satu, hingga terkumpul menjadi mozaik dongeng yang bisa membuat siapa pun kembali percaya pada keajaiban.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Lo cunto de li cunti atau Pentamerone: Hari Pertama

5 Oktober 2025   09:03 Diperbarui: 5 Oktober 2025   09:03 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata-kata itu bersama ribuan lagi yang keluar dari lubuk hati sang raja, sungguh-sungguh menggetarkan hati perempuan tua yang telah dipermak nasib, sehingga akhirnya ia menerima sang raja sebagai suaminya. Maka ia bangkit dari kursinya dan menggandeng tangannya, dan bersama-sama mereka menuju istana kerajaan, di mana sekejap mata saja telah tersiapkan jamuan besar.

 

Karena semua perempuan bangsawan negeri itu diundang, sang pengantin tua yang kini jelita menghendaki agar kakaknya pun hadir di antara mereka. Tetapi untuk menemukan dan menyeretnya ke pesta bukanlah perkara mudah, sebab si kakak, dilanda ketakutan besar, telah melarikan diri dan bersembunyi rapat hingga tak tersisa jejak. Namun kehendak Tuhanlah akhirnya yang membuat ia datang juga, dan begitu ia duduk di sisi adiknya, yang hampir-hampir tak sanggup ia kenali, mulailah keriangan berlangsung.

 

Namun perempuan tua malang itu digerogoti oleh kelaparan lain, kelaparan yang lebih kejam daripada perutnya: rasa iri hati yang menyala ketika melihat gemerlap jubah adiknya. Dan setiap beberapa saat ia menarik lengan adiknya sambil berbisik, "Apa yang kau lakukan, saudariku, apa yang kau lakukan? Beruntung benar engkau, engkau yang mendapat rantai emas itu!"

 

Namun sang adik menjawab, "Sekarang makanlah dulu, kita bicarakan nanti."

 

Sang raja terus-menerus bertanya apa yang terjadi, dan untuk menutupi keadaan, mempelai perempuan menjawab bahwa kakaknya menginginkan sedikit saus hijau. Maka raja segera memerintahkan agar bawang putih tumbuk, mustard, saus lada, dan seribu bumbu pembangkit selera lainnya segera dihidangkan.

 

Tetapi bagi si perempuan tua, saus anggur itu terasa bagai empedu sapi, sehingga ia kembali merengek dan mengusik adiknya dengan kata-kata yang sama, "Apa yang kau lakukan, saudariku, apa yang kau lakukan? Katakan padaku, atau akan kubuat engkau jadi buah ara di bawah jubahku."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun