Mohon tunggu...
Doppo Bungaku
Doppo Bungaku Mohon Tunggu... Pendongeng Pemula

Konon, ada seorang pengembara yang memikul ransel berisi serpihan cerita. Ia mendengar bisikan pohon tua, percakapan api unggun, dan nyanyian anak-anak yang terlupakan. Semua ia simpan, satu per satu, hingga terkumpul menjadi mozaik dongeng yang bisa membuat siapa pun kembali percaya pada keajaiban.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Lo cunto de li cunti atau Pentamerone: Hari Pertama

5 Oktober 2025   09:03 Diperbarui: 5 Oktober 2025   09:03 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka ia meminta izin, dan ogre itu senang dapat menyingkirkan pengganggu itu, membiarkannya pergi serta menghadiahkannya sebuah gada ukir yang indah. Ia berkata, "Bawalah ini sebagai kenang-kenangan dariku, tetapi hati-hati, jangan sekali-kali mengucapkan 'Bangkitlah, gada!' atau 'Turunlah, gada!' sebab aku tak mau lagi berurusan denganmu."

 

Menerima itu, Antuono menjawab, "Ah, sudahlah! Aku sudah tumbuh gigi bungsuku; aku tahu berapa pasang yang dibuat tiga ekor lembu! Aku bukan bocah kecil lagi, dan siapa pun yang ingin menipu Antuono, lebih baik mencium sikunya sendiri dulu!"

 

Mendengar itu, ogre menimpali, "Pujian bagi seorang majikan terletak pada perbuatannya; kata-kata itu perempuan, perbuatanlah yang lelaki. Kita lihat saja nanti. Ingat, 'Seorang yang diperingatkan adalah setengah terselamatkan.'"

 

Sementara ogre masih berbicara, Antuono sudah melangkah pergi menuju rumahnya. Namun baru setengah kilometer berjalan, ia sudah berkata, "Bangkitlah, gada!"

 

Dan ternyata kata itu bukan sembarang kata, melainkan sihir murni. Seakan di dalam gada itu bersemayam setan kecil, benda itu segera mulai menggilas bahu Antuono, menghantam dirinya seakan-akan hujan pukulan turun dari langit terbuka, setiap hantaman datang beruntun menunggu yang berikutnya.

 

Mendapati dirinya digebuki dan dipermak seperti sepotong kulit Maroko, si malang segera berseru, "Turunlah, gada!"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun