Mohon tunggu...
Doppo Bungaku
Doppo Bungaku Mohon Tunggu... Pendongeng Pemula

Konon, ada seorang pengembara yang memikul ransel berisi serpihan cerita. Ia mendengar bisikan pohon tua, percakapan api unggun, dan nyanyian anak-anak yang terlupakan. Semua ia simpan, satu per satu, hingga terkumpul menjadi mozaik dongeng yang bisa membuat siapa pun kembali percaya pada keajaiban.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Lo cunto de li cunti atau Pentamerone: Hari Pertama

5 Oktober 2025   09:03 Diperbarui: 5 Oktober 2025   09:03 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Lihatlah, anakku yang terberkati: di dalam lemari itu ada sebuah toples kecil berisi benda beracun. Pastikan jangan sampai kau melakukan dosa besar menyentuhnya, atau kau akan meluruskan kakimu untuk terakhir kali."

 

"Jangan sampai, Tuhan melarang!" sahut Vardiello. "Racun tidak akan menjamahku; dan kau benar-benar wanita bijak yang tolol karena sudah mengingatkan aku, sebab bisa saja aku menabraknya tanpa sengaja, dan ketika itu tak ada duri ikan ataupun tulang rawan yang mampu menghalanginya masuk."

 

Dan demikianlah ibunya pergi, dan Vardiello tinggal sendirian. Agar tidak menyia-nyiakan waktu, ia keluar ke kebun dan mulai membuat parit-parit kecil yang ditutupi ranting dan tanah, agar anak-anak jatuh ke dalamnya.

 

Tetapi ketika ia sedang asyik bekerja, ia sadar bahwa induk ayam sedang berjalan-jalan keluar dari kamarnya. Maka ia pun mulai berkata, "Hus, hus, pergi sana, masuk kembali ke sarang!" Namun ayam itu tak mengangkat kakinya sedikit pun, dan setelah 'hus, hus' tak digubris, Vardiello melihat si ayam berperangai bagai keledai, mulai menghentak-hentakkan kakinya.

 

Dan setelah menghentak-hentakkan kaki, ia melemparkan topinya; lalu setelah topi, ia melemparkan sebuah penggilas adonan, yang mengenai tubuh ayam itu tepat sasaran dan membuatnya meluruskan kaki untuk terakhir kali, lalu mati.

 

Melihat malapetaka mengerikan ini, Vardiello berpikir mencari penawar bagi kerusakan yang telah terjadi; dan, menjadikan kebutuhan sebagai kebajikan, segera ia menurunkan celananya dan duduk di atas sarang agar telur-telurnya tidak dingin. Tetapi karena ia menjatuhkan tubuhnya terlalu berat, ia malah membuat telur-telur itu menjadi omelet.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun