Kini, Pentamerone diakui sebagai tonggak penting dalam sejarah sastra dunia. Ia tidak hanya membuka jalan bagi Perrault dan Grimm dalam menyusun tradisi dongeng modern, tetapi juga memberikan pandangan berharga tentang budaya, humor, dan nilai moral masyarakat Italia abad ke-17. Pada abad ke-21, karyanya kembali dikenal luas melalui adaptasi film Tale of Tales (2015) yang mengambil inspirasi dari beberapa ceritanya, memperlihatkan bahwa keajaiban, kekejaman, dan keindahan yang dirangkai Basile empat abad lalu masih mampu berbicara kepada penonton masa kini.
Dalam sejarah panjang sastra rakyat Eropa, Giambattista Basile berdiri sebagai mata rantai pertama yang mengikat tradisi lisan dengan bentuk tulisan. Ia menyalin bukan hanya cerita, melainkan juga cara berbicara dan cara berpikir masyarakatnya. Dari dialek Neapolitan yang jenaka hingga tema moral yang tersembunyi di balik kekerasan dan keajaiban, Pentamerone menampilkan cermin yang jujur tentang kehidupan manusia sebagaimana adanya.
Tanpa Basile, mungkin tidak akan ada Perrault yang menuliskan Contes de ma mre l'Oye dengan gaya istana Prancis, atau Grimm Bersaudara yang mengumpulkan kisah rakyat Jerman dalam bentuk yang kita kenal sekarang. Setiap dongeng modern, dari Cinderella hingga Rapunzel, sesungguhnya masih membawa jejak samar dari pena Basile. Karena itu, menerjemahkan dan membaca kembali Pentamerone bukan hanya usaha untuk mengenal kisah lama, tetapi juga untuk menelusuri asal mula imajinasi Eropa yang telah membentuk cara dunia bercerita hingga hari ini.
Sekilas tentang Pentamerone, atau Lo cunto de li cunti
Di antara reruntuhan kastil dan kebun jeruk Napoli abad ketujuh belas, Giambattista Basile menulis sesuatu yang tak pernah dilakukan siapa pun sebelumnya: sebuah kumpulan dongeng yang seluruhnya ditulis dengan kesadaran sastra. Karyanya diberi judul Lo cunto de li cunti overo lo trattenemiento de peccerille, yang dalam bahasa sehari-hari berarti "Kisah dari segala kisah, atau Hiburan bagi Si Kecil". Namun dunia mengenalnya dengan nama yang lebih ringkas dan abadi, Il Pentamerone.
Basile menyusun lima puluh kisah dalam bingkai lima hari, mengikuti jejak Decameron karya Giovanni Boccaccio, tetapi dengan napas yang sama sekali berbeda. Jika Boccaccio menggambarkan kisah-kisah cinta dan kecerdikan manusia di tengah wabah Firenze, maka Basile menghadirkan dunia dongeng yang liar, penuh takhayul, kutuk, dan keajaiban. Pentamerone adalah jembatan antara tradisi tutur rakyat Italia Selatan dan sastra barok istana; sebuah karya yang menyatukan bahasa rakyat dan seni puisi istana dalam satu kesatuan yang belum pernah terbayangkan sebelumnya.
Basile menulisnya dalam dialek Neapolitan, bukan dalam bahasa Italia baku. Dengan pilihan itu, ia bukan hanya mencatat cerita, melainkan juga irama, nyanyian, dan kelakar rakyatnya. Dialek itu memberinya kebebasan untuk menciptakan metafora yang padat, gaya bahasa yang berlapis, dan humor yang kadang gelap, kadang menggoda. Lo cunto de li cunti menjadi contoh langka dari karya yang sekaligus bersifat linguistik dan sastrawi, sebuah dokumen kebudayaan yang merekam suara rakyat sebelum bahasa mereka hilang di balik standar sastra nasional.
Karya ini baru terbit setelah kematian Basile. Adalah saudarinya, Adriana Basile, seorang penyanyi istana ternama, yang menerbitkannya di Napoli dalam dua jilid pada tahun 1634 dan 1636 di bawah nama samaran Gian Alesio Abbatutis. Selama berabad-abad, buku itu tenggelam dalam sunyi, hingga akhirnya ditemukan kembali oleh Jacob dan Wilhelm Grimm, yang menyebutnya sebagai koleksi nasional dongeng pertama di Eropa. Mereka mengakui bahwa dari Pentamerone-lah banyak kisah di kemudian hari memperoleh bentuknya yang dikenal dunia: Cenerentola, Petrosinella, Sole, Luna e Talia, dan lainnya. Wilhelm Grimm menulis, dengan kekaguman yang dalam, bahwa karya Basile "menyimpan dasar dari semua tradisi yang lebih muda, dan karena itu memiliki nilai yang tak ternilai bagi siapa pun yang ingin mengenal akar dongeng Eropa."
Kerangka naratif Pentamerone tersusun atas lima hari penceritaan, sebagaimana judulnya yang berasal dari bahasa Yunani pnte (lima) dan hmra (hari). Basile menganyam lima puluh kisah itu dalam bingkai sebuah cerita utama yang tidak kalah ajaib.
Bingkai tersebut berkisah tentang seorang putri bernama Zoza, gadis yang tak pernah dapat tertawa. Sang ayah, dalam keputusasaan, mencoba segala cara agar anaknya tersenyum, sampai akhirnya membuat sebuah air mancur minyak di depan istana. Para pejalan kaki terpeleset di sana, dan Zoza hampir tertawa ketika seorang perempuan tua jatuh terguling dan marah besar. Namun tawa itu menjadi kutuk: perempuan tua itu bersumpah bahwa Zoza hanya akan menikah dengan seorang pangeran yang tertidur pulas di padang bernama Campo Rotondo, dan ia hanya dapat membangunkannya dengan air mata yang ia tampung dalam kendi selama tiga hari penuh.
Dengan pertolongan para peri, Zoza hampir berhasil mengisi kendi itu, namun pada saat-saat terakhir ia tertidur dan seorang budak Moor menuntaskan tugas itu, lalu mengaku sebagai pemilik air mata dan menikahi sang pangeran. Dari sinilah rangkaian lima puluh kisah dimulai. Si budak, kini berpura-pura sebagai istri sah sang pangeran, menuntut agar setiap hari ia diceritakan dongeng, atau ia akan mencelakai anak yang dikandungnya. Untuk memenuhi tuntutan itu, pangeran memanggil sepuluh perempuan pendongeng. Di antara mereka, tersembunyi Zoza sendiri, menyamar. Selama lima hari berturut-turut, masing-masing pendongeng mengisahkan lima cerita, dan kisah terakhir yang diceritakan Zoza mengungkap seluruh tipu daya sang budak.
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130