Mohon tunggu...
Doppo Bungaku
Doppo Bungaku Mohon Tunggu... Pendongeng Pemula

Konon, ada seorang pengembara yang memikul ransel berisi serpihan cerita. Ia mendengar bisikan pohon tua, percakapan api unggun, dan nyanyian anak-anak yang terlupakan. Semua ia simpan, satu per satu, hingga terkumpul menjadi mozaik dongeng yang bisa membuat siapa pun kembali percaya pada keajaiban.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Lo cunto de li cunti atau Pentamerone: Hari Pertama

5 Oktober 2025   09:03 Diperbarui: 5 Oktober 2025   09:03 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Giambattista Basile (sumber: Wikimedia Commons / Nicolaus Perrey, setelah Jacobus Pecini) 

 

Dan setelah ia memberi tanda kepada Ciulla untuk melonggarkan lengannya, ia pun mulai berkata dengan cara demikian:

"Sering kali malapetaka justru menjadi cangkul dan sekop yang membukakan jalan bagi keberuntungan yang tak terbayangkan. Namun masih saja ada orang yang mengutuk hujan yang membasahi kepala mereka, tak tahu bahwa hujan itu membawa kelimpahan yang sanggup mengusir lapar, sebagaimana dapat dilihat dalam kisah seorang pemuda yang akan kuceritakan.

 

Konon hiduplah seorang pedagang yang amat kaya bernama Antoniello, yang memiliki dua anak lelaki, Cienzo dan Meo, begitu mirip rupa sehingga orang tak dapat membedakan satu dari yang lain. Maka terjadilah, ketika Cienzo, si sulung, sedang melempar batu di Arenaccia bersama putra raja Napoli, tanpa sengaja ia memecahkan kepala sang pangeran.

 

Karena perbuatan itu, Antoniello, marah besar, berkata kepadanya, "Bagus sekali, anak manis, kau benar-benar sudah membuat masalah besar! Tulis saja ke rumah tentang itu! Pamerkan saja, dasar karung, atau akan kuremas isi perutmu! Angkat tinggi-tinggi di tiang, ayo! Kau hancurkan sesuatu yang berharga enam koin! Kau retakkan kepala anak raja? Apa kau tak punya penggaris, hah, anak kambing jantan? Bagaimana nasibmu sekarang? Aku takkan menaruh harga tiga sen pun atas kepalamu; kau sudah membuat kekacauan, dan sekalipun kau masuk kembali ke perut ibumu, aku takkan bisa menyelamatkanmu dari cengkeraman raja, sebab, sebagaimana kau tahu, tulang kering mereka panjang, mampu meraih ke mana saja mereka suka, dan ia akan melakukan hal-hal yang busuk."

 

Cienzo, setelah ayahnya berbicara panjang lebar, menjawab, "Ayahanda, aku selalu mendengar orang berkata bahwa lebih baik memiliki polisi di rumah daripada seorang tabib. Bukankah akan lebih buruk bila dialah yang menghantam kepalaku? Aku dipancing, kami hanya anak-anak, akhirnya kami berkelahi, ini adalah kesalahanku yang pertama; sang raja adalah orang bijaksana. Pada akhirnya, apa yang dapat ia lakukan terhadapku seratus tahun dari sekarang? Jika mereka enggan memberiku seorang ibu, mereka bisa memberiku seorang putri; jika mereka tidak mau memberikannya matang, biarlah diberi mentah. Sama saja di seluruh dunia: bila kau takut, lebih baik kau menjadi polisi."

 

"Apa yang bisa ia lakukan terhadapmu?" balas Antoniello. "Ia bisa mengusirmu dari dunia ini, menyuruhmu pergi untuk berganti udara; ia bisa memperlakukanmu seperti seorang guru sekolah, dengan tongkat sepanjang dua puluh empat hasta yang akan membuatmu menggaruk-garuk ikan sampai mereka bisa bicara; ia bisa mengirimmu pergi, dengan kerah setinggi tiga hasta yang dilapisi sabun dan kanji, untuk mencari kesenangan bersama sang Janda, di mana alih-alih menyentuh tangan pengantinmu, kau akan menyentuh kaki algojo.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun