Mohon tunggu...
Doppo Bungaku
Doppo Bungaku Mohon Tunggu... Pendongeng Pemula

Konon, ada seorang pengembara yang memikul ransel berisi serpihan cerita. Ia mendengar bisikan pohon tua, percakapan api unggun, dan nyanyian anak-anak yang terlupakan. Semua ia simpan, satu per satu, hingga terkumpul menjadi mozaik dongeng yang bisa membuat siapa pun kembali percaya pada keajaiban.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Lo cunto de li cunti atau Pentamerone: Hari Pertama

5 Oktober 2025   09:03 Diperbarui: 5 Oktober 2025   09:03 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Giambattista Basile (sumber: Wikimedia Commons / Nicolaus Perrey, setelah Jacobus Pecini) 

Dan itulah keselamatan rumah tangganya, sebab beberapa potongan besar plester pecah, dan di dalamnya ia temukan sebuah periuk penuh dengan scudo emas.

 

Disambarnya periuk itu dengan kedua tangannya, dan ia berlari pulang secepat angin, sambil berteriak, "Ibu! Ibu! Lihatlah kacang merah ini, lihatlah semuanya, lihatlah!"

 

Begitu ibunya melihat koin-koin itu, ia segera mengerti bahwa anaknya akan mengumumkan hal ini kepada dunia, dan ia pun berkata kepadanya agar menunggu di ambang pintu hingga penjual ricotta lewat, karena ia ingin membeli susu seharga satu koin.

 

Vardiello, yang selalu lahap akan segala sesuatu, segera duduk di depan pintu, dan lebih dari setengah jam lamanya ibunya, dari jendela atas, menurunkan hujan deras berupa lebih dari enam gulungan kismis dan buah ara kering, yang dipungut oleh Vardiello sambil berseru, "Oh, Ibu! Oh, Ibu! Ambillah baskom, keluarkanlah tempayan, siapkanlah ember, sebab jika hujan ini terus turun, kita akan menjadi kaya!"

 

Dan ketika perutnya telah penuh sesak, ia pun naik ke atas untuk tidur.

 

Suatu hari, ada dua pekerja, dari golongan yang suka berkeluyuran di sekitar pengadilan, tengah bertengkar tentang siapa yang berhak atas sebuah koin emas yang ditemukan di tanah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun