Perempuan tua itu menjawab, "Ketahuilah kini, pangeran yang kusebut tadi adalah makhluk elok bernama Tadeo, yang karena kutukan seorang peri telah diberi sapuan terakhir pada kanvas hidupnya dan dibaringkan dalam sebuah makam di luar tembok kota. Tertulis pada batunya sebuah epitaf yang menyatakan bahwa setiap perempuan yang dalam tiga hari penuh berhasil mengisi kendi yang tergantung di sana dengan air matanya, akan membangkitkannya kembali dan menjadikannya suami. Dan karena mustahil sepasang mata manusia dapat meneteskan cukup air untuk memenuhi sebuah kendi yang muatannya setengah gantang, kecuali mata Egeria yang kudengar, berubah menjadi sumber air mata di Roma, maka inilah kutukan yang kutimpakan padamu, sebab kau telah menertawaiku dan memperolok diriku, dan aku memohon pada langit agar kutukan ini menimpa dirimu tepat sasaran, sebagai balas dendam atas penghinaan yang kau lakukan padaku."
Â
Dan setelah berkata demikian, ia pun bergegas menuruni tangga, takut kalau-kalau ia dipukul.
Â
Pada saat itu juga Zoza mulai merenungkan dan mengunyah kata-kata perempuan tua itu, hingga seekor iblis kecil pun menyelinap masuk ke dalam kepalanya yang jelita. Setelah menenun begitu banyak pikiran dan menggiling begitu banyak keraguan tentang hal tersebut, akhirnya ia pun ditarik oleh kerekan gairah, gairah yang membutakan akal dan memikat tutur kata. Maka, setelah mengambil segenggam koin emas dari ruang harta ayahnya, ia menyelinap keluar dari istana dan berjalan terus hingga sampai ke kastil seorang peri.
Â
Di sana ia meluapkan segala derita hatinya, dan karena merasa iba kepada gadis yang demikian cantik, yang terlempar jatuh dari pelana kudanya oleh dua taji usianya yang masih belia dan oleh cinta buta pada hal-hal yang belum diketahuinya, sang peri memberinya sepucuk surat perkenalan untuk saudara perempuannya, juga seorang peri. Dan setelah menumpahkan segala puji-puji padanya, keesokan pagi ketika Malam telah membuat burung-burung mengumumkan kabar bahwa siapa pun yang melihat kawanan bayangan hitam yang mengembara akan menerima ganjaran besar, sang peri memberinya sebuah kenari indah dan berkata, "Ambillah ini, anakku yang manis, dan simpanlah baik-baik; namun bukalah hanya pada saat kebutuhan yang paling mendesak."
Â
Dan dengan sepucuk surat lain, ia menitipkan Zoza kepada saudara perempuannya yang lain. Setelah perjalanan panjang, Zoza tiba, disambut dengan penuh kasih, dan keesokan paginya menerima surat lain untuk saudari yang ketiga, bersama sebuah kastanye dan peringatan yang sama seperti sebelumnya: membukanya hanya ketika kebutuhan telah menodongkan pisau.
Â
Setelah berjalan lagi, tibalah ia di kastil sang peri berikutnya, yang mengelusnya seribu kali lipat dengan kasih sayang. Dan keesokan paginya, ketika hendak pergi, ia memberinya sebuah hazelnut dengan peringatan yang sama: bukalah hanya dalam keadaan genting.
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130