Mohon tunggu...
Doppo Bungaku
Doppo Bungaku Mohon Tunggu... Pendongeng Pemula

Konon, ada seorang pengembara yang memikul ransel berisi serpihan cerita. Ia mendengar bisikan pohon tua, percakapan api unggun, dan nyanyian anak-anak yang terlupakan. Semua ia simpan, satu per satu, hingga terkumpul menjadi mozaik dongeng yang bisa membuat siapa pun kembali percaya pada keajaiban.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Lo cunto de li cunti atau Pentamerone: Hari Pertama

5 Oktober 2025   09:03 Diperbarui: 5 Oktober 2025   09:03 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Giambattista Basile (sumber: Wikimedia Commons / Nicolaus Perrey, setelah Jacobus Pecini) 

 

Dan ketika ia memanggil peri itu, ia berkata kepadanya, "Aku terpaksa, wahai hatiku, untuk pergi dari rumah selama dua atau tiga malam; Tuhanlah yang tahu betapa pedihnya hatiku saat harus melepaskan diriku darimu, jiwaku sendiri. Hanya langit yang tahu bila sebelum aku sempat mulai berlari, aku sudah menempuh langkah terakhirku. Namun, demi menyenangkan ayahku, aku tak bisa menghindari kepergian ini, aku harus meninggalkanmu. Maka aku mohon kepadamu, demi segala cinta yang engkau rasakan untukku, kembalilah ke dalam potmu dan jangan keluar sampai aku kembali, yang akan terjadi secepat mungkin."

 

"Akan kulakukan itu," kata sang peri, "sebab aku tak tahu, tak mau, dan tak mampu menolak apa yang menjadi kesenanganmu. Pergilah, maka, bersama bunda keberuntungan, karena aku di sisimu untuk melayanimu. Tetapi lakukan satu hal untukku: tinggalkan sebuah lonceng kecil yang diikatkan dengan benang sutra pada pucuk murad, dan ketika engkau kembali, tariklah benang itu dan bunyikan loncengnya, maka aku akan segera melompat keluar dan berkata, 'Inilah aku.'"

 

Sang pangeran pun melakukan hal itu; bahkan ia memanggil seorang pelayan dan berkata, "Kemarilah, kau! Bukalah telingamu lebar-lebar dan dengarkan baik-baik: persiapkan ranjang ini setiap malam seakan-akan aku sendiri yang akan tidur di atasnya, dan jagalah pot ini tetap disiram. Tetapi ingat: aku sudah menghitung ranting-rantingnya, dan bila kutemukan ada yang hilang, maka aku akan memutus jatah rotimu."

 

Setelah berkata demikian, ia menaiki kudanya dan berangkat, bagai seekor domba yang digiring menuju penyembelihan, untuk mengejar seekor babi.

 

Sementara itu, tujuh perempuan sundal yang dipelihara oleh sang pangeran, ketika menyadari bahwa ia telah menjadi hangat lalu dingin dalam cinta, dan bahwa ia tak lagi menggarap ladang mereka, mulailah curiga bahwa ia telah melupakan persahabatan lama karena pesona baru. Maka, ingin menyingkap negeri baru, mereka memanggil seorang tukang batu dan dengan upah yang cukup lumayan mereka berhasil membuatnya menggali sebuah terowongan yang membentang dari bawah rumah mereka menuju kamar sang pangeran.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun