Â
Dan satu demi satu, Vardiello menceritakan segala kesialan indah yang baru saja dialaminya, dan bagaimana karena semua itu ia ingin mati agar tak perlu lagi menanggung penderitaan dunia.
Â
Ketika ibunya mendengar semua itu, hatinya hancur, pahit rasanya, dan ia harus banyak berbuat serta berkata sebelum berhasil mengusir murung dari kepala Vardiello. Dan karena ia mencintai putranya hingga ke dasar jantungnya, diberikannyalah kepadanya semacam sirop yang menghapus gagasan tentang kacang yang diawetkan dari benaknya, sebab ternyata itu bukanlah racun melainkan sekadar ramuan tonik untuk perut.
Â
Dan setelah ia meyakinkan anaknya dengan kata-kata lembut dan memberinya seribu pelukan, ditariknyalah Vardiello keluar dari tungku, lalu diberinya selembar kain bagus dan disuruhnya pergi menjualnya, dengan peringatan agar jangan berurusan dengan orang-orang yang terlalu banyak bicara.
Â
"Bagus sekali!' kata Vardiello. "Jangan ragu, aku akan melayanimu dengan sebaik-baiknya!"
Â
Dan sambil membawa kain itu, ia pun berlari-lari di kota Napoli, tempat ia membawa dagangannya, sambil berteriak, "Kain, kain!"
Â
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130