Tak heranlah kiranya, bila tadi malam engkau bertingkah seperti rajawali agung, berdiri bahu membahu! Tak heranlah pula bila engkau berpangku pada hasil panenmu sendiri! Kini aku paham: engkau berpantang di ranjangku agar dapat berpesta di rumah orang lain! Tetapi jika itu kulihat terjadi, aku akan bertindak gila dan menyalakan percikan api!"
Â
Meo, yang telah makan roti dari banyak oven, menenangkannya dengan lembut. Dengan kata-kata manis, ia berkata dan bersumpah bahwa ia tidak akan menukar rumahnya sendiri dengan pelacur tercantik sekalipun di dunia, dan bahwa Menechella tetaplah yang paling mulia di dalam hatinya.
Â
Sepenuhnya terhibur oleh kata-kata itu, Menechella lalu masuk ke sebuah kamar kecil, di mana para dayang merapikan dahinya dengan kaca, mengepang rambutnya, mewarnai bulu matanya, memerah pipinya, dan menghiasinya hingga ia tampak semakin indah bagi lelaki yang disangkanya suami sendiri.
Â
Sementara itu, Meo mulai mencurigai, dari kata-kata Menechella, bahwa Cienzo mungkin terperangkap di rumah gadis jelita itu. Maka ia mengambil si anjing kecil, meninggalkan istana, dan masuk ke rumah sang perempuan.
Â
Begitu ia tiba, gadis itu berkata, "Rambutku, ikatlah dia!"
Â
Namun Meo, yang tangkas dalam urusan, segera menjawab, "Anjing kecilku, lahaplah dia!"
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130