Mohon tunggu...
Doppo Bungaku
Doppo Bungaku Mohon Tunggu... Pendongeng Pemula

Konon, ada seorang pengembara yang memikul ransel berisi serpihan cerita. Ia mendengar bisikan pohon tua, percakapan api unggun, dan nyanyian anak-anak yang terlupakan. Semua ia simpan, satu per satu, hingga terkumpul menjadi mozaik dongeng yang bisa membuat siapa pun kembali percaya pada keajaiban.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Lo cunto de li cunti atau Pentamerone: Hari Pertama

5 Oktober 2025   09:03 Diperbarui: 5 Oktober 2025   09:03 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi editan pribadi (sumber gambar asli: Wikimedia Commons / Warwick Goble) 

Tak heranlah kiranya, bila tadi malam engkau bertingkah seperti rajawali agung, berdiri bahu membahu! Tak heranlah pula bila engkau berpangku pada hasil panenmu sendiri! Kini aku paham: engkau berpantang di ranjangku agar dapat berpesta di rumah orang lain! Tetapi jika itu kulihat terjadi, aku akan bertindak gila dan menyalakan percikan api!"

 

Meo, yang telah makan roti dari banyak oven, menenangkannya dengan lembut. Dengan kata-kata manis, ia berkata dan bersumpah bahwa ia tidak akan menukar rumahnya sendiri dengan pelacur tercantik sekalipun di dunia, dan bahwa Menechella tetaplah yang paling mulia di dalam hatinya.

 

Sepenuhnya terhibur oleh kata-kata itu, Menechella lalu masuk ke sebuah kamar kecil, di mana para dayang merapikan dahinya dengan kaca, mengepang rambutnya, mewarnai bulu matanya, memerah pipinya, dan menghiasinya hingga ia tampak semakin indah bagi lelaki yang disangkanya suami sendiri.

 

Sementara itu, Meo mulai mencurigai, dari kata-kata Menechella, bahwa Cienzo mungkin terperangkap di rumah gadis jelita itu. Maka ia mengambil si anjing kecil, meninggalkan istana, dan masuk ke rumah sang perempuan.

 

Begitu ia tiba, gadis itu berkata, "Rambutku, ikatlah dia!"

 

Namun Meo, yang tangkas dalam urusan, segera menjawab, "Anjing kecilku, lahaplah dia!"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun