Mohon tunggu...
Doppo Bungaku
Doppo Bungaku Mohon Tunggu... Pendongeng Pemula

Konon, ada seorang pengembara yang memikul ransel berisi serpihan cerita. Ia mendengar bisikan pohon tua, percakapan api unggun, dan nyanyian anak-anak yang terlupakan. Semua ia simpan, satu per satu, hingga terkumpul menjadi mozaik dongeng yang bisa membuat siapa pun kembali percaya pada keajaiban.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Lo cunto de li cunti atau Pentamerone: Hari Pertama

5 Oktober 2025   09:03 Diperbarui: 5 Oktober 2025   09:03 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi editan pribadi (sumber gambar asli: Wikimedia Commons / Warwick Goble) 

 

Si petani malang begitu ketakutan hingga tak sanggup mengusirnya, dan ketika hewan buruk rupa itu membuka mulutnya, ia yakin bahwa ajalnya telah tiba. Namun, kadal itu mendekatinya dan berkata, "Jangan takut, orang baik; aku datang bukan untuk mencelakaimu. Aku datang hanya demi kebaikanmu."

 

Tatkala Masaniello---demikian nama si buruh---mendengar perkataan itu, ia segera berlutut di hadapan hewan itu dan berkata, "Nyonya entah-siapa-namanya, aku berada di bawah kuasamu. Berlakulah bagai orang berbudi, dan kasihanilah orang malang ini, yang memiliki dua belas anak perempuan cengeng untuk ditanggung hidupnya."

 

"Itulah sebabnya," jawab si kadal, "aku tergerak menolongmu. Maka bawalah kepadaku besok pagi putri bungsumu, sebab aku ingin membesarkannya sendiri, dan aku akan menjaganya seharga nyawaku."

 

Ketika mendengar permintaan itu, sang ayah malang menjadi lebih bingung daripada seorang pencuri yang tertangkap dengan barang curian di tangannya. Sebab kenyataan bahwa seekor kadal meminta salah satu putrinya, dan yang paling kecil pula, membuatnya menyimpulkan bahwa jubah ini tak mungkin tanpa bulu kasar, dan bahwa kadal itu menginginkannya sebagai pil pencahar untuk melampiaskan kelaparan.

 

Dan ia berkata dalam hati, "Jika kuberikan anakku pada hewan itu, berarti kuberikan juga jiwaku; jika kutolak memberikannya, ia akan merenggut tubuhku. Jika kubiarkan ia mengambilnya, maka hilanglah cahaya mataku; jika kutentang, ia akan menghisap darahku. Jika kusepakati, maka terambil sebagian dari diriku sendiri; jika kutolak, ia akan mengambil seluruhnya. Apa yang harus kuputuskan? Pilihan mana yang harus kuambil? Upaya apa yang bisa kutemukan? Oh, hari celaka! Musibah apa yang telah turun bagai hujan dari langit menimpa diriku!"

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun