Â
Ketika sang budak menyadari apa yang sedang terjadi, ia mengamuk besar-besaran dan, karena sudah mengandung, mengancam suaminya, berkata, "Kalau kau tidak minggir dari ambang jendela, aku pukul perutku dan bunuh si kecil Georgie." Tadeo, yang khawatir akan pewarisnya, gemetar seperti alang-alang memikirkan kemungkinan menyakiti istrinya, dan melepaskan diri dari pandangan Zoza seperti jiwa tercabut dari badannya.
Â
Saat Zoza melihat seteguk harapan itu disedot dari cawan harapannya, ia tak tahu apa yang harus dilakukan di saat kebutuhan yang amat mendesak. Namun kemudian ia teringat akan hadiah-hadiah peri, dan membuka kenarinya. Keluar dari dalamnya seorang laki-laki kecil, sebesar boneka, mainan paling manis di dunia, yang naik ke ambang jendela dan mulai bernyanyi dengan begitu banyak getaran, kicauan, dan hiasan sehingga suaranya seperti Compar Biondo, melampaui Pezzillo, dan meninggalkan Cieco di Potenza serta Raja Burung jauh di belakang.
Â
Budak perempuan itu kebetulan melihat dan mendengar semuanya, lalu menjadi sangat bergairah hingga ia memanggil Tadeo dan berkata kepadanya, "Kalau aku tak punya iblis penyanyi dari ambang jendela, aku pukul perutku dan bunuh si kecil Georgie." Pangeran, yang telah terjerat oleh bujuk rayu budak Moor itu, segera mengutus seseorang untuk menanyakan kepada Zoza apakah ia mau menjualnya; ia menjawab bahwa ia bukan pedagang, tetapi jika ia menginginkannya sebagai hadiah, ia boleh menerimanya sebagai penghormatan. Tadeo, yang ingin menjaga kebahagiaan istrinya agar kehamilannya berjalan lancar, menerima tawaran itu.
Â
Empat hari kemudian Zoza membuka kastanye, dan keluarlah seekor ayam betina bersama dua belas anak ayam emas, yang ia letakkan di ambang jendela yang sama. Ketika budak itu melihatnya, keinginannya muncul sampai ke tulang-tulang di kakinya, dan setelah ia memanggil Tadeo serta menunjukkan betapa eloknya benda itu, ia berkata, "Kalau kau tak mengambil ayam dari ambang jendela, aku pukul perutku dan bunuh si kecil Georgie."
Â
Tadeo, yang membiarkan wanita itu mengendalikan dirinya dan menarik ekornya, kembali mengutus seseorang kepada Zoza untuk menawar berapa pun harga yang ia minta atas ayam yang indah itu. Jawabnya sama seperti sebelumnya: ia tak mau menjualnya, melainkan memberikannya sebagai hadiah; karena berbicara soal membeli adalah pemborosan waktu. Maka pangeran tak punya pilihan dan karena terpaksa menelan segala kehormatannya, ketika ia mengambil barang rupawan itu ia heran atas kemurahan wanita itu, sebab perempuan pada hakekatnya begitu serakah sehingga semua batangan emas di India pun tak akan memuaskan mereka.
Â
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130