Â
Maka bersabarlah, dan bila engkau anak yang berbakti, janganlah membantah ayahmu. Sebab hatiku berkata kepadaku, engkau akan berbahagia; karena seringkali tempayan batu polos menyimpan harta karun di dalamnya."
Â
Ketika Porziella mendengar keputusan pahit itu, matanya meredup, wajahnya menguning, bibirnya layu, kakinya gemetar, dan ia hampir saja mengirimkan elang jiwanya untuk mengejar puyuh penderitaannya.
Â
Akhirnya, dengan tangis yang pecah dan suara yang meninggi, ia berkata kepada ayahnya, "Kesalahan apakah yang telah kuperbuat di rumah ini sehingga pantas menerima hukuman semacam ini? Kekasaran macam apakah yang kulakukan padamu sehingga aku diserahkan ke tangan raksasa menakutkan ini?
Â
Oh, Porziella yang malang! Inilah dirimu, yang hendak masuk ke tenggorokan kodok busuk ini dengan kemauanmu sendiri, seperti seekor musang; inilah dirimu, seekor domba malang yang hendak direnggut oleh manusia serigala!
Â
Beginikah kasih sayangmu pada darah dagingmu sendiri? Beginikah cinta yang engkau tunjukkan kepada dia yang pernah engkau sebut sebagai murid jiwamu? Beginikah caramu mencabut dari hatimu ia yang berbagi darah denganmu sendiri? Beginikah caramu menyingkirkan dari pandanganmu ia yang menjadi biji mata matamu?
Â
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130