Â
Salah seorang dari mereka berkata, '"Karena engkau tak juga berhasil membuat putrimu menanggalkan kaus kakinya dan dengan lidahnya sendiri mengaku siapa pemalsu itu, dia yang telah menggunakan gambaranmu untuk mencurangi mahkotamu, maka kini mari kita hapus noda ini. Perintahkanlah sebuah perjamuan besar dipersiapkan dan setiap bangsawan serta lelaki terhormat di kota datang menghadirinya. Kita akan memperhatikan dengan seksama, dan mengarahkan mata kita ke talenan, supaya kita dapat melihat kepada siapa anak-anak itu, didorong oleh Alam, paling rela berpaling; sebab tanpa ragu dialah ayah mereka, dan kita akan membersihkannya seperti sejumput kotoran gagak."
Â
Raja senang dengan pendapat ini. Ia memerintahkan perjamuan diadakan dan mengundang setiap orang yang mengenakan jubah dan memiliki kedudukan. Ketika mereka semua selesai makan, ia menyuruh mereka berbaris, dan kedua anak lelaki itu dibawa melewati mereka satu per satu. Namun anak-anak itu memberi perhatian pada mereka sama sedikitnya dengan anjing Alexander terhadap kelinci, sehingga sang raja murka dan menggigit bibirnya. Dan meskipun sepatu tidak kurang tersedia, sepatu itu terlalu sempit baginya hingga ia menghentak-hentakkan kakinya di tanah karena sakit.
Â
Namun para penasihat berkata kepadanya, "Tenanglah, paduka, dan dengarkanlah kami: besok kita adakan perjamuan lain, bukan untuk orang-orang terhormat, melainkan untuk kalangan bawah. Sebab wanita selalu condong kepada yang terburuk, barangkali, bila kita tidak menemukannya di antara para bangsawan, kita akan menemukan benih amarah paduka di antara para tukang pisau, pedagang kaki lima, dan penjual sisir."
Â
Pertimbangan ini berkenan di hati sang raja, dan ia memerintahkan perjamuan kedua diadakan. Sesuai dengan proklamasi, semua orang bodoh, gelandangan, penjahat, bajingan, berandalan, anak nakal, bandit, pemalas, pengemis, penipu, penggarong jenazah, dan setiap orang di kota yang mengenakan celemek dan sandal kayu diundang untuk datang. Dan ketika mereka semua duduk berderet rapi seperti sekian banyak tuan besar di meja panjang, mereka pun mulai melahap hidangan yang tersedia.
Â
Sekarang Ceccarella, yang telah mendengar proklamasi itu, mulai mendesak Peruonto, mengatakan bahwa ia pun harus pergi menghadiri pesta tersebut. Ia terus mendesak hingga akhirnya ia berangkat menuju perjamuan. Baru saja ia tiba, kedua anak lelaki yang rupawan itu segera melekat padanya laksana kutu, mencurahkan pelukan dan ciuman tanpa henti.
Â
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130