Mohon tunggu...
Doppo Bungaku
Doppo Bungaku Mohon Tunggu... Pendongeng Pemula

Konon, ada seorang pengembara yang memikul ransel berisi serpihan cerita. Ia mendengar bisikan pohon tua, percakapan api unggun, dan nyanyian anak-anak yang terlupakan. Semua ia simpan, satu per satu, hingga terkumpul menjadi mozaik dongeng yang bisa membuat siapa pun kembali percaya pada keajaiban.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Lo cunto de li cunti atau Pentamerone: Hari Pertama

5 Oktober 2025   09:03 Diperbarui: 5 Oktober 2025   09:03 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi editan pribadi (sumber gambar asli: Wikimedia Commons / Warwick Goble) 

Oh, ayah, ayah yang kejam, pastilah engkau tak dilahirkan dari daging manusia! Orca telah memberimu darah, kucing hutan memberimu susu!

 

Namun mengapa aku berbicara tentang binatang laut dan darat? Setiap hewan mencintai anaknya sendiri; hanya engkau yang memperlakukan benihmu dengan hati yang berlawanan dan rasa muak; hanya engkau yang tak sudi menelan putrimu sendiri!

 

Oh, lebih baik andai ibuku mencekikku sejak lahir, lebih baik andai buaian menjadi ranjang kematianku, puting pengasuhku berisi racun, kain bedongku adalah jerat tali, dan peluit kecil yang digantung di leherku adalah batu giling---sebab inilah malapetaka yang menimpaku, dan inilah nasibku: duduk di samping makhluk terkutuk ini, merasakan belaian tangan harpi, dipeluk oleh tulang kering beruang, dan dicium oleh dua gading babi hutan!"

 

Ia masih berniat berkata lebih banyak, ketika sang raja, menghembuskan asap ke segala arah, menyergah putrinya, "Cukup sudah amarahmu; gula itu mahal harganya! Tenanglah; perisai-perisaimu hanyalah kulit poplar belaka! Tutuplah mulutmu; itu hanya memuntahkan kotoran! Diam! Jangan sepatah kata pun lagi! Kau ini hanya mulut tajam, lidah berbisa, pengumbar kata-kata keji!

 

Apa pun yang kulakukan selalu kulakukan dengan benar! Jangan coba-coba mengajari seorang ayah bagaimana harus memperlakukan putrinya! Hentikan omongan itu; masukkan kembali lidahmu, dan jangan biarkan amarahmu membuat mustar ini sampai ke hidungku, sebab bila tanganku sampai padamu, takkan kusisakan sehelai rambut pun di kepalamu, dan akan kusebar gigi-gigimu ke seluruh bumi ini!

 

Lihatlah bau busuk yang lahir dari pantatku ini, yang berani-beraninya hendak bertingkah seperti lelaki dan menetapkan hukum bagi ayahnya sendiri! Sejak kapan seorang gadis, yang mulutnya masih berbau susu, berhak mempertanyakan kehendak ayahnya?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun