Mohon tunggu...
Doppo Bungaku
Doppo Bungaku Mohon Tunggu... Pendongeng Pemula

Konon, ada seorang pengembara yang memikul ransel berisi serpihan cerita. Ia mendengar bisikan pohon tua, percakapan api unggun, dan nyanyian anak-anak yang terlupakan. Semua ia simpan, satu per satu, hingga terkumpul menjadi mozaik dongeng yang bisa membuat siapa pun kembali percaya pada keajaiban.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Lo cunto de li cunti atau Pentamerone: Hari Pertama

5 Oktober 2025   09:03 Diperbarui: 5 Oktober 2025   09:03 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi editan pribadi (sumber gambar asli: Wikimedia Commons / Warwick Goble) 

 

Antuono pun mengambil keledai itu, dan tanpa sempat berkata "Selamat malam," ia langsung naik ke punggungnya dan berangkat dengan langkah kencang. Namun belumlah ia berjalan seratus langkah jauhnya, ia meloncat turun dari keledai itu dan mulai berkata, "Majulah, beraklah emas!"

 

Dan begitu kata-kata itu meluncur dari mulutnya, sang keledai segera memuntahkan mutiara, rubi, zamrud, safir, dan berlian yang masing-masing sebesar kenari. Dengan mulut ternganga lebar, Antuono menatap kotoran indah itu, diare yang menakjubkan, disentri mulia dari pantat keledai kecil itu. Dengan penuh kegirangan ia pun memenuhi sebuah pelana dengan permata-permata itu.

 

Kemudian ia menaiki kembali keledainya dan bergegas hingga sampai di sebuah penginapan. Begitu turun, hal pertama yang ia katakan kepada penjaga penginapan adalah, "Ikatkan keledai ini di palungan dan beri ia makan dengan baik, tapi ingat, jangan sekali-kali kau ucapkan 'Majulah, beraklah emas,' atau kau akan menyesal. Dan simpanlah barang-barang kecilku ini di tempat yang aman."

 

Mendengar permintaan aneh itu dan melihat permata-permata yang nilainya ratusan dukat, sang penjaga penginapan yang sudah mahir dalam pekerjaannya, seekor ikan pelabuhan yang berpengalaman dengan asam dan wadah lebur, timbul rasa ingin tahu dalam dirinya untuk tahu arti kata-kata itu. Maka setelah ia memberi Antuono makan kenyang dan minum sampai puas, ia pun membaringkannya di antara kasur jerami dan selimut tebal. Begitu ia melihat mata Antuono mulai terpejam dan dengkurannya keras bergemuruh, ia pun berlari ke kandang dan berkata kepada keledai itu, "Majulah, beraklah emas!"

 

Dengan mantera kata-kata itu, keledai itu pun melaksanakan kebiasaannya, mengalirkan isi perutnya berupa aliran emas dan perhiasan permata. Melihat kotoran berharga itu, si penjaga penginapan pun memutuskan menukar keledai tersebut dan menipu si tolol Antuono, sebab ia yakin mudah saja membutakan, memperdaya, mempermainkan, dan mengakali seekor babi gemuk, anak domba besar, kepala makaroni, tolol besar, atau si dungu macam yang kini jatuh ke tangannya.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun