Mohon tunggu...
Doppo Bungaku
Doppo Bungaku Mohon Tunggu... Pendongeng Pemula

Konon, ada seorang pengembara yang memikul ransel berisi serpihan cerita. Ia mendengar bisikan pohon tua, percakapan api unggun, dan nyanyian anak-anak yang terlupakan. Semua ia simpan, satu per satu, hingga terkumpul menjadi mozaik dongeng yang bisa membuat siapa pun kembali percaya pada keajaiban.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Lo cunto de li cunti atau Pentamerone: Hari Pertama

5 Oktober 2025   09:03 Diperbarui: 5 Oktober 2025   09:03 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Il Pentamerone, Volume II (1636) --- Wikimedia Commons 

 

Maka bersabarlah, dan bila engkau anak yang berbakti, janganlah membantah ayahmu. Sebab hatiku berkata kepadaku, engkau akan berbahagia; karena seringkali tempayan batu polos menyimpan harta karun di dalamnya."

 

Ketika Porziella mendengar keputusan pahit itu, matanya meredup, wajahnya menguning, bibirnya layu, kakinya gemetar, dan ia hampir saja mengirimkan elang jiwanya untuk mengejar puyuh penderitaannya.

 

Akhirnya, dengan tangis yang pecah dan suara yang meninggi, ia berkata kepada ayahnya, "Kesalahan apakah yang telah kuperbuat di rumah ini sehingga pantas menerima hukuman semacam ini? Kekasaran macam apakah yang kulakukan padamu sehingga aku diserahkan ke tangan raksasa menakutkan ini?

 

Oh, Porziella yang malang! Inilah dirimu, yang hendak masuk ke tenggorokan kodok busuk ini dengan kemauanmu sendiri, seperti seekor musang; inilah dirimu, seekor domba malang yang hendak direnggut oleh manusia serigala!

 

Beginikah kasih sayangmu pada darah dagingmu sendiri? Beginikah cinta yang engkau tunjukkan kepada dia yang pernah engkau sebut sebagai murid jiwamu? Beginikah caramu mencabut dari hatimu ia yang berbagi darah denganmu sendiri? Beginikah caramu menyingkirkan dari pandanganmu ia yang menjadi biji mata matamu?

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun