Mase, yang menempelkan telinganya pada setiap celah, mendengar derap kaki ogre itu, dan berseru, "Perkara kita ini berjalan buruk, dan si ogre telah menghentakkan tumitnya begitu keras hingga langit pun dapat menceritakannya. Mari kita pertahankan akal kita dan berlindung dari badai ini; jika tidak, habislah kita."
Â
"Jangan takut," kata Ascadeo, "sekarang akan kutunjukkan pada si pantat buruk rupa itu sedikit pelajaran."
Â
Dan sambil berkata begitu, ia melemparkan sebuah batu ke tanah, dan seketika menjulanglah sebuah menara perkasa, tempat mereka semua segera berdesakan masuk, mengunci pintu rapat-rapat di belakang mereka.
Â
Namun ketika si ogre tiba dan melihat bahwa mereka telah lolos ke tempat yang aman, ia berlari pulang, menemukan tangga pemetik anggur, lalu memanggulnya di atas punggung, dan berlari kembali ke menara.
Â
Mase, yang telinganya selalu waspada, mendengar kedatangan si ogre dari kejauhan dan berkata, "Lilin harapan kita hampir padam, dan tempat perlindungan terakhir hidup kita kini bergantung pada Ceccone, sebab si ogre itu datang lagi. Dan kali ini ia benar-benar murka! Oh, aduh, jantungku berdegup kencang dan aku meramalkan hari ini akan berakhir buruk."
Â
"Dasar penakut pengecut kau ini!" jawab Ceccone. "Serahkan saja pada Menechiello ini, dan kau akan lihat apakah anak panahku mengenai sasaran atau tidak."
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130