Mohon tunggu...
Doppo Bungaku
Doppo Bungaku Mohon Tunggu... Pendongeng Pemula

Konon, ada seorang pengembara yang memikul ransel berisi serpihan cerita. Ia mendengar bisikan pohon tua, percakapan api unggun, dan nyanyian anak-anak yang terlupakan. Semua ia simpan, satu per satu, hingga terkumpul menjadi mozaik dongeng yang bisa membuat siapa pun kembali percaya pada keajaiban.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Lo cunto de li cunti atau Pentamerone: Hari Pertama

5 Oktober 2025   09:03 Diperbarui: 5 Oktober 2025   09:03 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Il Pentamerone, Volume II (1636) --- Wikimedia Commons 

Selamat tinggal, wortel dan sawi; selamat tinggal, gorengan dan kue-kue; selamat tinggal, brokoli dan ikan tuna asin; selamat tinggal, babat dan jeroan; selamat tinggal, sup dan rebusan! Selamat tinggal, bunga kota, kemegahan Italia, telur lukis Eropa, cermin dunia! Selamat tinggal, Napoli, tiada taranya, tempat kebajikan menetapkan batasnya dan anugerah membatasi garisnya! Aku tinggalkan engkau, menjadi duda dari sup-sup sayuranmu; diusir dari desa tercinta ini, wahai batang-batang kolku, aku harus meninggalkanmu!"

 

Dan sementara ia berkata demikian, ia menumpahkan musim dingin air mata dalam sekejap hari penuh desah, lalu berjalan begitu jauh hingga pada malam pertama ia tiba di sebuah hutan dekat Cascano---hutan yang, dijaga kuda beban di luarnya oleh Sang Surya, menikmati kesenangan dalam kesenyapan dan bayangan---dan di kaki sebuah menara berdiri sebuah rumah tua.

 

Ia mengetuk pintu menara itu, tetapi karena malam telah larut, sang pemilik curiga pada perampok dan enggan membukanya, sehingga malanglah Cienzo, yang terpaksa bermalam di rumah reyot itu. Setelah menambatkan kudanya di padang rumput, ia merebahkan diri di atas jerami yang ditemuinya, dengan si anjing kecil di sisinya.

 

Namun baru saja ia memejamkan mata, ia terbangun oleh gonggongan si anjing, lalu terdengar olehnya suara gesekan seseorang yang sedang bergerak di dalam ruangan.

 

Cienzo, yang berhati gagah dan tak gentar, segera meraih polong carob-nya dan mulai menebas ke kanan dan ke kiri dalam gelap. Tetapi ketika ia sadar bahwa ia tidak mengenai siapa pun, hanya mengiris angin kosong, ia kembali berbaring.

 

Namun tak lama berselang, ia merasa kakinya ditarik perlahan-lahan. Maka ia pun meraih gergaji tuanya dan bangkit kembali, seraya berkata, "Hai, kini kau sungguh menggangguku! Apa gunanya permainan mengintai ini? Tunjukkan dirimu, bila kau punya nyali, dan mari kita salurkan kehendak kita, sebab kau telah menemukan kaki yang tepat untuk sepatumu!"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun