Â
Mendengar luapan kata-kata tajam itu, si page yang janggutnya masih tipis dan kebijaksanaannya lebih tipis lagi membalas dengan mata uang yang sama, katanya, "Kenapa tidak kau tutup saja lubang gotmu itu, nenek setan, penyedot darah, penyihir penenggelam bayi, pengotor kain, pengumpul kentut?"
Â
Ketika kata-kata itu menusuk telinga, perempuan tua itu begitu marah hingga kehilangan kendali dirinya, dan, seperti kuda yang lepas dari kandang kesabaran, ia mengangkat tirai panggungnya dan menampakkan sebuah tontonan hutan liar, pemandangan yang mungkin akan membuat Silvio berkata, 'Pergilah dan buka matamu dengan tandukmu.'
Â
Dan pada saat itu juga, Zoza mulai tertawa terbahak-bahak hingga hampir kehilangan kesadarannya.
Â
Namun ketika mendapati dirinya ditertawakan, perempuan tua itu murka tak terperi; dengan wajah menakutkan ia berpaling kepada Zoza dan berkata, "Enyahlah! Dan semoga kau tak pernah memetik sekuntum bunga suami kecuali bila kau mengambil pangeran dari Padang Bundar!"
Â
Mendengar kata-kata itu, Zoza segera memanggil perempuan tua itu, sebab ia ingin tahu dengan segala cara apakah yang diucapkan barusan merupakan sebuah hinaan atau sebuah kutukan.
Â
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130