Mohon tunggu...
Doppo Bungaku
Doppo Bungaku Mohon Tunggu... Pendongeng Pemula

Konon, ada seorang pengembara yang memikul ransel berisi serpihan cerita. Ia mendengar bisikan pohon tua, percakapan api unggun, dan nyanyian anak-anak yang terlupakan. Semua ia simpan, satu per satu, hingga terkumpul menjadi mozaik dongeng yang bisa membuat siapa pun kembali percaya pada keajaiban.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Lo cunto de li cunti atau Pentamerone: Hari Pertama

5 Oktober 2025   09:03 Diperbarui: 5 Oktober 2025   09:03 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Il Pentamerone, Volume II (1636) --- Wikimedia Commons 

 

Ketika melihat cara baru itu, Menechella pun merengut. Dengan wajah sekaku seorang mertua, ia berkata, "Sayangku, sejak kapan ini berlaku? Permainan macam apa yang kita lakukan? Gurauan macam apa ini? Apakah kita ini ladang para petani yang bersengketa, hingga engkau membuat batasan ini? Apakah kita ini dua pasukan musuh, hingga engkau membuat parit ini? Ataukah kita ini kuda-kuda liar, hingga engkau mendirikan pagar untuk memisahkan kita?"

 

Namun Meo, yang pandai berhitung sampai tiga belas, menjawab, "Jangan salahkan aku, kasihku, melainkan salahkan dokternya, yang memerintahkan aku untuk membersihkan tubuhku dan menyuruhku berpantang; selain itu, aku begitu lelah berburu, hingga kurasa aku kehilangan ekorku."

 

Menechella, yang tak pandai mengaburkan air bening, menelan kebohongan besar itu, lalu tertidur.

 

Namun---ketika Sang Matahari mulai menguping pada Malam, yang hanya diberi sekepul waktu senja untuk berkemas dan angkat kaki---Meo, saat sedang mengenakan pakaiannya di jendela yang sama tempat kakaknya dahulu berdiri, melihat gadis jelita yang telah menjerat Cienzo. Karena amat menyukai parasnya, ia berkata pada Menechella, "Siapakah perempuan genit yang berdiri di jendela itu?"

 

Mendengar itu, Menechella, murka dan tersinggung, menjawab, "Jadi kau hendak melanjutkannya lagi? Kalau begitu, semuanya jelas sudah! Kemarin pun engkau menggoda celanaku dengan ikan kerapu ini, dan aku khawatir lidahmu selalu menuju ke tempat gigi yang sakit! Namun seharusnya engkau tahu menjaga kehormatanku, sebab aku adalah putri seorang raja, dan setiap kotoran pun memiliki baunya sendiri!

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun