Mohon tunggu...
Doppo Bungaku
Doppo Bungaku Mohon Tunggu... Pendongeng Pemula

Konon, ada seorang pengembara yang memikul ransel berisi serpihan cerita. Ia mendengar bisikan pohon tua, percakapan api unggun, dan nyanyian anak-anak yang terlupakan. Semua ia simpan, satu per satu, hingga terkumpul menjadi mozaik dongeng yang bisa membuat siapa pun kembali percaya pada keajaiban.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Lo cunto de li cunti atau Pentamerone: Hari Pertama

5 Oktober 2025   09:03 Diperbarui: 5 Oktober 2025   09:03 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Il Pentamerone, Volume II (1636) --- Wikimedia Commons 

Tak seorang pun yang tidak menyukai kisah Ciommetella, dan mereka pun merasakan kesenangan berlapis ganda: melihat Canneloro terbebas, serta ogre, yang telah membantai para pemburu malang itu mendapatkan ganjaran yang setimpal.

Dan ketika giliran diberikan kepada Iacova untuk menutup surat hiburan berikutnya dengan lambang miliknya, ia pun mulai berbicara demikian:

"Wahai, betapa celakanya kebiasaan buruk yang tertanam dalam diri kami, para perempuan: keinginan untuk selalu tampak cantik! Demi menghias bingkai kening dengan emas, kami justru merusak lukisan wajah sendiri; demi memutihkan kulit tua yang telah keriput, kami merusakkan tulang gigi kami; dan demi menampilkan anggota tubuh dalam cahaya yang indah, kami justru menggelapkan penglihatan mata. Hingga akhirnya, bahkan sebelum waktunya tiba untuk membayar upeti kepada Sang Waktu, kami telah lebih dulu menuai mata berair, wajah berkerut, dan gigi busuk.

 

Dan bila seorang gadis muda yang menyerah pada kesia-siaan seperti itu pantas mendapat teguran, maka jauh lebih patut dihukum adalah seorang perempuan tua, yang karena ingin bersaing dengan gadis-gadis muda, malah menjadikan dirinya bahan tertawaan orang lain dan kehancuran dirinya sendiri.

 

Tentang hal inilah aku akan berkisah kepada kalian, bila saja kalian sudi meminjamkan sedikit telinga kalian padaku.

 

Dua perempuan tua hidup menyendiri di sebuah taman yang menghadap ke kediaman Raja Benteng Perkasa. Mereka adalah ringkasan segala kemalangan, catatan segala cacat, daftar segala keburukan: rambut mereka kusut dan berdiri tak beraturan; dahi mereka penuh garis dan benjolan; bulu mata mereka kusam dan kaku; kelopak mata mereka bengkak dan berat; mata mereka surut dan tampak seakan penuh biji; wajah mereka menguning dan berkerut; mulut mereka meneteskan air liur dan miring ke samping.

 

Singkatnya, mereka memiliki janggut seperti kambing jantan, dada berbulu, bahu bundar dan buncit, lengan layu, kaki pincang serta timpang, dan telapak kaki yang melengkung bengkok. Dan agar bahkan Sang Matahari pun tidak sempat menyaksikan rupa mereka yang mengerikan, mereka bersembunyi di beberapa ruang bawah tanah, tepat di bawah jendela sang raja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun