Mohon tunggu...
Doppo Bungaku
Doppo Bungaku Mohon Tunggu... Pendongeng Pemula

Konon, ada seorang pengembara yang memikul ransel berisi serpihan cerita. Ia mendengar bisikan pohon tua, percakapan api unggun, dan nyanyian anak-anak yang terlupakan. Semua ia simpan, satu per satu, hingga terkumpul menjadi mozaik dongeng yang bisa membuat siapa pun kembali percaya pada keajaiban.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Lo cunto de li cunti atau Pentamerone: Hari Pertama

5 Oktober 2025   09:03 Diperbarui: 5 Oktober 2025   09:03 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Il Pentamerone, Volume II (1636) --- Wikimedia Commons 

Ninnillo e Nennella

  • I tre cedri

  • La fine della storia

  • Masing-masing kisah tidak sekadar menghibur; ia membawa gema dari dunia rakyat Italia Selatan, mencerminkan humor pedesaan, kegetiran nasib, dan kecerdikan dalam menghadapi takdir. Bahasa Basile yang sarat perumpamaan menyalurkan nada khas sastra Barok: mewah dalam bentuk, tajam dalam makna, dan kadang penuh sindiran terhadap tingkah manusia.

    Kritikus modern menilai Pentamerone sebagai karya yang berdiri di antara dua dunia: puisi istana dan cerita rakyat. Ia menjadi cikal bakal bagi seluruh tradisi dongeng Eropa modern. Tidak berlebihan bila Wilhelm Grimm menyebutnya sebagai fondasi tempat seluruh dongeng kemudian berdiri, sementara sejarawan sastra melihatnya sebagai kesaksian akan kekuatan tutur rakyat yang diangkat ke martabat sastra.

    Kini, berabad-abad setelah wafatnya Basile, Lo cunto de li cunti tetap hidup, baik dalam bentuk terjemahan modern, kajian akademik, maupun adaptasi seperti film Il racconto dei racconti (Tale of Tales, 2015) karya Matteo Garrone. Dari Napoli hingga dunia, gema kisah-kisah Basile masih bergema, menandai bahwa dongeng bukan sekadar cerita anak-anak, melainkan warisan jiwa manusia yang abadi.

    Pengantar Kisah Segala Kisah [Bingkai Kisah]

     

    Sebuah peribahasa kuno berkata bahwa barangsiapa mencari apa yang tidak seharusnya, akan menemukan apa yang tak diinginkannya. Jelas sudah ketika seekor monyet mencoba mengenakan sepatu bot, kakinya malah tersangkut di dalamnya, persis seperti yang menimpa seorang budak perempuan compang-camping, yang meski tak pernah sekalipun mengenakan alas kaki, justru berhasrat memakai mahkota di kepalanya. Tetapi karena batu penggiling pada akhirnya akan menumbuk ampas, dan segala sesuatu cepat atau lambat harus dibayar, maka ia yang dengan curang mengambil milik orang lain akhirnya terjerat oleh tumit-tumit nasib. Setinggi apa pun ia berusaha memanjat, jatuhnya kelak akan lebih dahsyat.

     

    Demikianlah kisah ini terjadi, sebagaimana akan diceritakan berikut ini.

     

    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
    Lihat Bahasa Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun